Mohon tunggu...
Pendidikan

Campur Tangan "Remedial Teaching" Guru BK Antarkan Kesuksesan Siswa

7 November 2018   21:58 Diperbarui: 7 November 2018   22:10 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tentu dalam  setiap  proses  pembelajaran setiap siswa mempunyai kelemahan dan kelebihan yang berbeda-beda. Menurut para ahli, Abin (2003:309), diagnostik kesulitan belajar adalah suatu proses upaya untuk memahami jenis dan karakteristik serta lataer belakang kesulitan-kesulitan belajar dengan menghimpun dan mempergunakan berbagai data/informasi selengkap dan subjektif mungkin sehingga memungkinkan untuk mengambil kesimpulan dan keputusan serta mencari alternatif kemungkinan pemecahannya.

Pernah saya mengalami dalam suatu kelas saya terdapat salah satu teman yang dirinya merasa kesulitan dalam memahami materi yang guru sampaikan. Dia bahkan tidak pernah mendapatkan nilai yang bagus, pernah dikabarkan juga ketika kenaikan kelas dia masih dipertimbangkan akan naik kelas atau tidak oleh para guru. 

Dengan adanya berita seperti itu teman saya ini idak menghawatirkan hal itu. Nah dengan adanya hal tersebut yang terjadi kepada teman saya sendiri, maka guru BK mengklarifikasi, ada apa sesungguhnya dengan anak ini? Apa penyebab anak ini menjadi seperti ini?, dan bagaimana solusi yang tepat?. 

Maka di pangillah saya ke ruang BK dan di tanya mengenai anak tersebut, karena saya merupakan teman dia yang satu kelas mulai pertama masuk. Maka saya pun di tanya tentang anak tersebut oleh guru BK, dan kesimpulan yang terjadi terhadap teman saya tersebut adalah kurangnya kasih sayang dari orang tua, dan kurangnya dukungan dari orang tua. 

Dia hanya dipenuhi apa yang dia butuhkan dengan harta, tanpa kasih sayang dari orang tua, kenapa? Karena orang tuanya sibuk dengan pekerjaan masing-masing, karena orang tuanya merupakan orang tua yang sangat pekerja keras (berkarir). Nah teman saya tersebut tidak punya dukungan dan motivas oleh orang tuannya, hanya saja dipenuhi semua kebutuhannya dengan uang dan uang. 

Maka anak itu berfikir bahwa "Aku sekolah ya sekolah buat apa pintar, orang tua saya saja tidak pernah mendukung saya, hanya saja saya diberi uang kapanpun yang saya minta". Maka bisa disimpulkan bahwa anak tidak cukup dikasih modal untuk kesuksesannya dan apapun yang dibutuhkan, melainkan butuh bimbingan dan kasih sayang penuh dari orang tua. 

Dengan ini guru BK mendiaknosa bahwa anak tersebut terkendala dalam belajar di sekolah karena kurangnya kasih sayang orang tua dan guru harus segera menemukan solusinya agar anak tersebut tidak terus seperti itu. 

Maka guru BK pun ikut menggantikan posisi sebagai orang tuanya dengan mengasih motivasi, memperhatikan proses pembelajaran anak tersebut di dalam kelas.

Hingga pada suatu ketika anak itu lulus SMA dia di terima di salah satu universitas ternama di Malang. Atas saran, masukan, motivasi, serta ikut serta guru BK dalam membantu untuk menjaikan anak tersebut menjadi lebih baik dan sukses. Dari hal tersebut akhirnya orang tua teman saya tersebut menjadi antusias dalam mengasih perhatian dan kasih sayang kepada anaknya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun