Mohon tunggu...
Yuni Maulida
Yuni Maulida Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Untuk memenuhi tugas

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menerapkan Tradisi Sungkeman dalam Praktik Konseling Keluarga

19 Juni 2023   13:58 Diperbarui: 19 Juni 2023   14:02 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sungkeman merupakan tradisi Jawa yang dilakukan sebagai bentuk penghormatan dan ungkapan rasa hormat kepada orang yang lebih tua atau yang dihormati. Tradisi ini umumnya dilakukan pada acara-acara resmi seperti pernikahan, khitanan, ulang tahun dan upacara adat Jawa lainnya. Sungkeman diartikan sebagai tindakan saling menghormati dan menghargai dengan cara tunduk atau bersujud secara simbolis. 

Proses sungkeman biasanya diawali dengan seseorang yang lebih muda atau lebih rendah statusnya mendekati orang yang lebih tua atau yang dihormati. Orang yang lebih muda akan membungkuk atau bersujud dengan tangan yang digabungkan di depan dada sambil meletakkan dahi mereka kemudian mengucapkan salam hormat dan kata-kata penghormatan seperti "sugeng enjing" (selamat pagi), "sugeng siyang" (selamat siang) "sugeng dalu" (selamat sore), atau "permisi" dengan diikuti oleh panggilan yang sesuai seperti "pak" atau "bu". 

Orang yang lebih tua atau yang dihormatinnya akan menjawab sungkeman dengan cara mengangkat tangan yang berada di atas dahi orang yang lebih muda sebagai tanda pengakuan dan menerima penghormatan tersebut. Mereka juga bisa memberikan doa, nasihat, atau kata-kata penghormatan balik kepada orang yang melakukan sungkeman.

Tujuan sungkeman bukan hanya sebagai bentuk penghormatan kepada orang yang lebih tua, tetapi juga sebagai simbol hubungan yang erat antara kedua belah pihak. Melalui sungkeman, terjalinlah ikatan kekeluargaan, kebersamaan, serta rasa saling menghargai dan menghormati antara anggota keluarga atau masyarakat jawa. 

Tradisi sungkeman memegang peranan penting dalam budaya jawa dan dianggap sebagai salah satu cara untuk menjaga nilai-nilai tradisional serta menghormati leluhur. Meski saat ini tradisi sungkeman mungkin tidak dilakukan secara ketat dalam setiap kesempatan, nilai-nilai dan semangatnya tetap dijinjung tinggi oleh masyarakat jawa.

Menerapkan tradisi sungkeman dalam praktik konseling keluarga merupakan cara yang baik untuk menghormati dan pentingnya hubungan keluarga serta nilai-nilai budaya jawa. Dan merupakan suatu pendekatan yang unik dan menarik untuk membangun hubungan yang lebuh baik antara konselor dan anggota keluarga. 

Dalam konteks konseling keluarga, menerapkan tradisi sungkeman dapat memiliki beberapa manfaat, diantarannya:

1. Membangun rasa saling menghormati

Sungkeman melibatkan tubuh yang sopan, seperti membungkukkan badan atau meletakkan dahi di tangan orang yang dihormati. Hal ini dapat membantu membangun rasa saling menghormati antara konselor dan anggota keluarga, menciptakan atmosfer yang lebih harmonis dan mengurangi ketegangan.

2. Menciptakan ikatan emosional

Sungkeman melibatkan komponen emosional yang kuat, seperti ungkapan rasa terima kasih dan penghargaan. DEngan menerapkan tradisi sungkeman, konselor dapat memperkuat ikatan emosional dengan anggota keluargannya, menciptakan kepercayaan dan rasa aman yang lebih dalam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun