Larasati membuka laptopnya meskipun masih terlalu pagi bagi kebanyakan orang untuk memulai aktivitasnya. Belum jam lima tapi dia sudah kelihatan sibuk. Setiap pagi sebelum meninggalkan rumah , dia membaca email yang masuk dan akan segera membalasnya  kalau dianggap penting. Puluhan notifikasi dan promosi hanya dilewati. Tapi dia masih saja tergoda untuk terhubung dengan situs pertemanan dan perjodohan yang diikutinya yang hampir setiap hari menambah jumlah notifikasi di inbox pesan.
Situs perjodohan nampaknya mulai membuatnya putus asa karena begitu banyak love scammers yang berkeliaran di sana. Banyak foto lelaki berwajah rupawan  yang  awalnya menyita perhatiannya ternyata penipu berkedok cinta. Mereka memberikan perhatian yang besar , menyapa dengan sebutan honey, dear, dan sapaan mesra lainnya kemudian mulai menawarkan cinta bahkan menjanjikan pernikahan. Perempuan mana yang tahan menghadapi semua itu?Â
Larasati pernah hampir menjadi korban love scammer ketika lelaki yang mengaku bernama William dari  London beberapa kali mencoba merayunya. Menjanjikan pernikahan dan kehidupan yang lebih baik di negerinya.  Tanpa diduga William tiba-tiba mengiriminya hadiah  dari London.  Â
Larasati diminta meng-email  alamat lengkap dan nomor telponnya. Tak berapa lama dia mendapat telpon  dari petugas ekspedisi pengiriman barang yang mengatakan kalau hadiah itu tertahan di Jakarta dan dia diminta mentransfer puluhan juta  rupiah agar hadiah itu sampai ke alamatnya di Yogya. Untung seorang teman mengetahui praktek penipuan berkedok pengiriman barang dari luar negeri. Sudah banyak perempuan yang tertipu oleh iming-iming hadiah dari lelaki asing yang dikenalnya lewat situs perjodohan atau pertemanan.
Akun di situs perjodohan masih aktif sampai sekarang tetapi dia tahu kalau hampir semua pesan yang masuk ke inbox akun itu dikirim oleh para love scammers. Dia bisa mengenali gaya bahasanya yang sering salah menggunakan grammar bahasa Inggris.  Pernah dia menerima pesan yang persis sama dari dua nama yang berbeda.  Karena ada dua situs perjodohan yang diikutinya dengan nama akun yang berbeda , kadang dia menemukan nama yang sama dengan foto berbeda  yang sama-sama mencoba menjalin hubungan dengannya.
Akhirnya dia beralih ke situs pertemanan yang memberikan peluang berkenalan dengan banyak orang dari berbagai negara di seluruh penjuru dunia. Situs pertemanan itu seperti rubrik sahabat pena di majalah langganannya sewaktu dia masih anak-anak. Ketika SD dia sudah mulai rajin berkorespondensi dengan teman-teman baru dari berbagai daerah yang dikenal lewat rubrik sahabat pena. Saling berkirim surat dan bertukar foto.Â
Hal yang sama bisa dilakukan sekarang menggunakan e-mail. Kadang ada juga teman yang  mengajaknya saling berkirim kartu pos. Ini agak merepotkan karena perlu sedikit usaha untuk mencari kartu pos yang menarik dan mengeluarkan biaya untuk perangko. Belum lagi harus menunggu lama untuk bisa menerima kiriman kartu pos dari luar negeri.
Hanya ada dua kartu pos yang didapatnya karena memang dia tidak terlalu suka menggunakan snail mail di era internet seperti sekarang. Satu dari Sony yang tinggal di Islamabad, Pakistan dan satu lagi dari Daniel yang berasal dari New Zealand tapi harus setiap bulan  berpindah tempat mengikuti kapal  minyak tempat dia bekerja sebagai surveyor.
Daniel  adalah satu-satunya teman di situs pertemanan yang pernah ditemuinya. Tepatnya, Daniel yang menemuinya.  Setelah bekerja sebulan penuh , dia mendapatkan cuti sebulan penuh  dengan tetap mendapatkan gaji penuh seperti kalau dia bekerja. Liburan inilah yang selalu dimanfaatkan Daniel untuk mengunjungi teman-temannya di seluruh dunia. Ada tiga teman yang dikunjunginya  selama seminggu di Indonesia. Selain mengunjungi Larasati, Daniel bertemu teman di Jakarta dan Bandung.
Bersama Daniel dua hari satu malam bukanlah waktu yang lama. Dia sampai di Yogya Sabtu sore dan kembali ke New Zealand  hari Selasa dengan pesawat jam sepuluh pagi. Meski demikian kalau dihitung total waktu mereka bersama-sama adalah dua puluh delapan jam. Sungguh fantastik. Larasati tak pernah menghabiskan waktu dengan lelaki hingga begitu lama seperti waktu yang telah dihabiskan bersama Daniel.
"Aku akan datang lagi," janjinya  sebelum taksi membawanya dari hotel ke bandara. Larasati menatapnya dengan binar penuh harap. Pertama kali dalam hidupnya dia bisa merasa begitu dekat dengan lelaki. Sayang kebersamaan mereka  selama  dua puluh delapan jam serasa mimpi. Ketika terbangun dia tahu kalau Daniel sudah tak bersamanya lagi.