Nama Turki atau Trkiye dalam bahasa Turki terdiri dari dua komponen, yaitu: etnonim Trk dan akhiran abstrak --iye yang berarti "pemilik", "tanah" (berasal dari akhiran dalam bahasa Arab--iyya yang serupa dengan akhiran --ia dalam bahasa Yunani dan Latin). Turki terletak di Anatolia dan Balkan, berbatasan dengan Laut Hitam, antara Bulgaria dan Georgia, berbatasan dengan Laut Aegean dan Laut Mediterania, antara Yunani dan Suriah.
Pada awalnya wilayah turki saat itu dikuasai oleh kerajaan Bizantium, sebuah kerajaan pada masa itu pada awal abad Masehi. Kerajaan Bizantium ini dikuasai oleh kerajaan Romawi selama kurang lebih 4 abad.
Pada tahun 395 kerajaan Romawi terpecah dua, Romawi Barat dan Romawi Timur. Kemudian di tangan kerajaan Romawi timur, Bizantium itu kemudian dirumah namanya menjadi Konstantinopel dan dijadikan ibukota. Sebaliknya Romawi Barat kala itu jatuh ke kekuasaan barbar (Goth) sekitar tahun 476 M.
Kemudian pada abad ke dua belas, wilayah konstantinopel ini kemudian dikuasai oleh Kesultanan/kekhalifahan Ottoman. Yang pada saat penaklukannya itu dipimpin oleh Muhammad al-Fatih. dan menurut sejarah pada masa raja inilah masa keemasan Kerajaan Turki Ottoman karena ditopang oleh rasa keagamaan Islam yang kental. Istanbul kemudian menjadi ibukota Turki Usmani.
Islam adalah agama terbesar di Turki sejak zaman Kesultanan Utsmaniyah menguasai Turki pada tahun 1400-an pemeluk Islam di Turki semakin banyak. Kini sekitar 99,8% penduduk Turki adalah Muslim, Kebanyakan Muslim di Turki adalah Sunni dengan 70-80%, sisanya adalah Alawiyyin dan Syiah dengan 20-30%. Ada juga pengikut Dua Belas Imam dengan 3%.
Pada tahun 1453 saat Kesultanan Utsmaniyah mulai berkusa di Turki, Islam makin dominan di Turki. Gereja-gereja di Turki yang merupakan peningalan Bizantium termasuk Hagia Sophia banyak diubah menjadi masjid. Islam menjadi sangat dominan hingga tahun 1920an.
Saat Kesultanan Utsmaniyah runtuh dan diteruskan oleh Republik Turki pada 1923, Islam menjadi sedikit mundur karena perubahan Turki dari kesultanan menjadi negera sekuler. Ataturk melarang emblem-emblem Islam dan memberi keleluasaan pada agama non-Islam.
Efek lainnya adalah dimulainya penggunaan Kalender Masehi seperti di negara-negara Barat ketimbang Kalender Hijriyah, dan penggunaan kata Tanri ketimbang Allah. Kemudian Hagia Sophia yang diubah lagi menjadi museum, pelarangan pengajaran agama Islam, dan pembatasan jumlah masjid.
Pada masa Reformasi Turki pada 1945, setelah peringanan kontrol politik otoriter pada tahun 1946, banyak orang mulai memanggil secara terbuka untuk kembali ke praktik keagamaan tradisional. Selama tahun 1950-an, bahkan pemimpin politik tertentu merasa bijaksana untuk bergabung dalam advokasi para pemimpin agama untuk menghormati agama. Para reintroduksi agama ke dalam kurikulum sekolah mengangkat masalah pendidikan tinggi agama.
Para elit sekuler, yang cenderung tidak percaya para pemimpin agama tradisional, percaya bahwa Islam bisa "direformasi" jika pemimpin masa depan telah dilatih dalam seminari yang dikontrol pemerintah. Untuk lebih tujuan ini, pemerintah pada tahun 1949 didirikan sebuah fakultas keilahian di Universitas Ankara untuk melatih guru Islam dan imam.Â
Pada tahun 1951 pemerintah mendirikan Partai Demokrat sekolah menengah khusus (okullari imam HATIP) untuk pelatihan imam dan pendeta. Awalnya, sekolah imam HATIP tumbuh sangat lambat, tetapi jumlah mereka berkembang pesat menjadi lebih dari 250 pada tahun 1970-an, ketika pro-Islam Partai Keselamatan Nasional berpartisipasi dalam pemerintahan koalisi.Â