Seperti pra-tragedi Mei 98, berbagai upaya dijalankan berbagai pihak dari dalam dan luar, perorangan maupun kelompok untuk mengkondisikan suasana damai dengan cara-cara apapun agar tujuannya tercapai, mesti mengorbankan ribuan nyawa rakyat.
Mendekati pengumuman hasil perhitungan Pilpres 2014 oleh KPU berbagai pihak yang sudah yakin dengan keputusan KPU tidak sesuai dengan kehendaknya, sekarang menjalankan upaya-upaya inkonstitusional dengan memprovokasi dan menggalang massa.
Kelompok dan perorangan ini sebenarnya sudah tahu bahwa sejak awal Pilpres 2014 akan dimenangkan pasangan Prabowo-Hatta, termasuk hasil survey LSI sebelum Pilpres tgl. 9 Juli menunjukkan tren kenaikan drastis pasangan Prabowo-Hatta melewati Jokowi-JK.
Hanya saja sebagaimana berita media Australia mengungkap bahwa keunggulan Prabowo-Hatta disembunyikan oleh lembaga survey karena mereka sendiri adalah partisan pasangan Jokowi-JK, silahkan lihat di link :
Hasil quick count juga membeberkan keganjilan yang dilakukan oleh beberapa lembaga survey pendukung Jokowi-JK, link di bawah ini :
http://hukum.kompasiana.com/2014/07/15/14-menit-quick-count-dimanipulasi-lsi-dan-smrc--664341.html
http://politik.kompasiana.com/2014/07/10/bukti-ri-dibelenggu-broker-politik-dan-survey-partisan-663521.html
Nah, sekarang ada upaya kelompok dan perorangan yang mulai panik dengan keadaan ini, sementara mereka telah menghabiskan milyaran bahkan triliunan rupiah agar calonnya menang, sekarang ditempuh cara-cara yang mengganggu dan memprovokasi agar PILPRES 2014 menuju pengakuan atau dianggap TIDAK SAH.
Ini buktinya :
1. Pertemuan Kamis besok yang digagas GOENAWAN MUHAMAD ‘si jurnalis sipilis’ ini diinformasikan mempunyai tujuan tertentu terhadap hasil Pilpres 2014 (sumber inilah.com).
2. Gerombolan CSIS dengan corongnya KOMPAS grup (ic. TRIBUNNEWS) didukung TEMPO, METRO-TV setiap hari tidak henti-hentinya menampilkan dugaan kecurangan hanya salah satu kubu, sementara dugaan kecurangan kubu yang lain yang lebih massif disembunyikan.
3. Asosiasi lembaga survey dan dewan etiknya yang jauh sebelum Pileg dan Pilpres 2014 sudah TIDAK INDEPENDEN bahkan PARTISAN salah satu pasangan Capres-cawapres ini begitu bernafsu mengaudit anggotanya. Dewan Etik yang tidak independen ini memeriksa anggotanya yang tidak independen dan partisan pada pasangan yang sama. Secara bersamaan mengaudit anggotanya yang netral dan independen, hasilnya sudah pasti diduga. Pengumuman hasil audit yang sudah dapat diduga ini dipaksakan keluar sebelum pengumuman resmi KPU.