Mohon tunggu...
John Obrak
John Obrak Mohon Tunggu... lainnya -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

mendobrak statusquo\r\n\r\n\r\n\r\n

Selanjutnya

Tutup

Politik

Ada 'Neo PKI' Disana

22 Juni 2014   13:27 Diperbarui: 20 Juni 2015   02:50 316
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1403393180493100917

Dosa PKI bukan dosa turunan.

Keturunan PKI ikut bertobat tidak masalah, tapi bisa jadi masalah bila membalas dendam.

PKI bertobat persoalan selesai, dibelakang hari PKI kembali makar persoalan gak selesai-selesai.

Kalau seorang Ridwan Saidi (RS) menyatakan cara sekelompok pihak baru-baru ini sebagai PKI malam, itu wajar. Sebab seorang RS sudah berpengalaman menghadapi makar PKI. Sayangnya pernyataan RS tidak dipedulikan semua orang, atau ada yang peduli tapi tidak melakukan apa-apa.

Selain RS sudah ada juga yang mengingatkan dugaan ‘menggunakan cara-cara PKI’ dalam gerakan terstruktur di pusat dan beberapa daerah namun lagi-lagi tidak ada yang perduli, atau ada yang peduli tapi tidak melakukan apa-apa.

Bisa jadi sudah ada yang mengawasi seperti badan intelijen misalnya, tapi karena ‘gerakan’ belum dianggap menuju ‘tingkat tertentu’ yang dibutuhkan untuk direspon lebih jauh oleh pemerintah dan aparat keamanan.

Jangan lupa, ada sebuah film tentang gerakan PKI dengan judul ‘Shadow Play : Indonesia’s Years of Living Dangerously’. Milton Cordel/Vagabons yang ememeproduksi film ini pada tahun 2001 dan banyak diputar di Amerika Serikat, Eropa, dan Australia. Di Indonesia banyak diputar di kantor LSM pembela HAM, perguruan tinggi bahkan pada pelajar SMA. Isi film dinilai hanya propaganda sesat yang merubah sejarah dosa PKI yang berlumuran darah.

Pernah juga ada anggota DPR menulis buku ‘Aku Bangga sebagai PKI’.

LSM-LSM aliran kiri sering menggugat sejarah G 30 S - PKI dan menyebarkan paham PKI berbagai cara di media serta melakukan strategi berbagai konflik termasuk antara masyarakat, TNI dan pemerintah.

NU sebagai salah satu ormas keagamaan yang berbasis besar di Jawa pernah merasakan bagaimana biadabnya PKI membunuh warganya, Ulamanya dan masyarakat yang tidak tahu apa-apa.

Kiyai Abdul Muchith Muzadi sebagai Mustasyar Pengurus Besar NU pernah menyatakan, ‘ada pembentukan opini seakan-akan perbuatan dan orang PKI pada ‘65 tidak dianggap bersalah serta dianggap hanya korban bukan pelaku. Selalu didengungkan mereka hanya korban, bukan pelaku’.

Sementara Kiyai Chalid Mawardi mantan Ketua Pengurus Besar NU juga pernah menyampaikan juga, ‘mereka tidak menggunakan penyebutan PKI lagi sebab sudah tidak populer tapi misinya yang dibawa’.

Seperti disebut diatas, tidak ada yang dikhawatirkan apapun perihal PKI karena dia hanya instrumen. Tetapi akan menjadi masalah bila keturunan PKI ingin melakukan makar kembali dengan menghalalkan segala cara termasuk pada Pilpres 2014 sekarang. Cara mereka bergabung menyusup adalah cara zaman nenek moyang dimanapun, tapi bisa menjadi masalah kalau mereka akan berganti wajah sebenarnya.

Atau jangan-jangan ada pemain sebenarnya menjadi tokoh yang dielu-elukan.

?????????

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun