Ini Medan Bung! Pameo yang dapat membanggakan warga Medan jika kita positive thinking. Malah akan sebaliknya jika melihat banyak hal menjengkelkan di kota Medan terutama kondisi lalu lintas yang sudah boleh disebut amburadul. Kemacetan sudah lumrah, angkot boleh saja berhenti dimana saja, di badan jalan, di simpang jalan, pokoknya sesuka hati. Para pengguna mobil boleh saja memarkir mobil di jalan raya, pemandangan ini dapat dilihat di jalan Thamrin depan sekolah swasta Sutomo 1 dan sekolah Methodist 2. Mobil-mobil berjejer di sepanjang jalan di depan kedua sekolah tsb hingga menghabiskan separuh badan jalan . Polisi dan dishub jelas ada di sana, yang menjadi petanyaan saya, mengapa mereka biarkan saja hal itu terjadi? apakah memarkir di jalan sudah diperbolehkan oleh UU lalu lintas?
Melanggar lampu merah sudah biasa sekali. Menyalip kiri kanan sudah menjadi pemandangan rutin.Etika dan toleransi berlalu lintas semakin tidak diperhatikan lagi, asal ada celah setiap pengendara motor akan menyusup, ini sebenarnya sangat berbahaya, maut selalu menanti. Lampu rambu lintas yang sering tidak berfungsi dengan baik menambah semrawutnya lalu lintas di kota ini. Main nyelonong sudah bukan hal memalukan, bahkan mungkin lebih tepatnya siapa berani, siapa cepat dialah yang hebat. Budaya urut mengikuti barisan sepertinya sudah jauh dari awang-awang.
Ada bonus lain yang membuat lalu lintas di kota Medan semakin membuat hati miris yakni, warga secara bebas boleh menggunakan dalam rangka menyelenggarakan hajatan atau pesta apa saja. Jalan - jalan boleh ditutup separuh atau seluruhnya oleh warga yang akan menggunakan jalan tsb untuk pesta. Hal ini sungguh menyusahkan pengguna jalan, bayangkan sesudah sempat masuk ke jalan tsb di pertengahan baru diketahui ada penutupan jalan, terpaksa balik lagi untuk mencari jalan alternatif, apakah boleh warga sesuka hati menutup dan menggunakan jalan untuk acara mereka?
Kapan pemkot Medan memperhatikan secara serius masalah yang sangat memprihatikan itu? Jangan bangga dengan sebutan kota Metropolitan, padahal isinya bodong. Jalan-jalan yang rusakpun hanya diperbaiki sekedar kosmetika saja saat pejabat tinggi datang. Sebulan yang lalu saya sempat terheran-heran dengan adanya perbaikan beberapa ruas jalan di kota Medan, saya pikir mungkin ini adalah bagian dari revolusi mental. Ternyata saya baru menyadari setelah tahu dari berita bahwa Pak Presiden Jokowi akan datang ke Brastagi, karena sikap beliau yang spontan dan suka singgah sana sini tanpa diduga-duga, terpaksalah beberapa ruas jalan harus dikosmetik agar jalan-jalan terlihat mulus padahal jalan yang diperbaiki itu sudah lama sekali berlubang.
Jalan-jalan di kabupaten Deli Serdang terutama di jalan Pancing menuju jalan Rumah sakit Haji sudah hancur-hancuran. Kelihatannya tidak ada sentuhan sama sekali padahal jalan itu sudah lama rusak, jikapun ada perbaikan hanya sekedar dibedak saja, besok-besok rusak lagi. Lampu-lampu jalan yang tidak berfungsi di malam hari membuat sepanjang Jalan Selamat Ketaren gelap gulita di malam hari. Penerangan hanya berasal dari lampu-lampu di halaman rumah penduduk. Tentunya ini akan sangat membahayakan dan mengancam jiwa pemakai jalan saat malam hari. Kapan lampu jalan yang rusak itu akan diperbaiki dan dapat berfungsi kembali? Aubinzalik, tidak ada yang tahu, hanya Allah SWT lah yang akan menentukan nanti. Menunggu penguasa untuk menyelesaikan hal ini mungkin harus beberapa kali reinkarnasi lagi baru cita-cita itu terwujud.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI