Mohon tunggu...
Yung Mau Lin
Yung Mau Lin Mohon Tunggu... -

Seorang ayah dengan dua orang putra. Saya ingin belajar menulis di Kompasiana Sehat ini dengan harapan : 1. Dapat menyalurkan buah pikiran saya kepada pembaca Kompasiana, 2. Menambah wawasan saya dalam hal tulis menulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Hebohnya Byarrr Pet di Provinsi Sumut

6 Mei 2014   16:19 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:48 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Sudah setahun rakyat provinsi Sumut  hidup merana. Betapa  tidak, saat  mengeprint berkas atau makalah tiba-tiba ruangan menjadi gelap gulita. Anak-anak yang lagi belajar saat les mendadak harus menggunakan lilin sebagai penerang. Patut dipuji semangat anak-anak yang belajar dengan menggunakan lilin tetap semangat sambil berpeluh ria dengan ruangan yang pengap dan gerah karena tidak berfungsinya AC.

Acara giliran gelap ini seperti jadwal minum obat. Minimal dua kali sehari, siang dan malam dengan durasi minimal 3 jam. Pemadaman ini dilakukan dilakukan dengan acak sehingga sangat sulit merencanakan aktivitas sehari-hari. Misalnya anda tidak tahu kapan waktu yang tepat untuk membuat kue, mencetak naskah bahkan buang air pun harus was-was, bisa saja setiap saat anda merenung di toilet dalam kegelapan. Malam hari menjadi sulit tidur, gerah akibat tidak berfungsinya mesin pendingin ruangan.

Awal bulan Febuarti 2013  saya pernah tanya ke Manager PLN di kota Medan, mengapa hal itu terjadi. Kata Sang Manager bahwa mesin pembangkit diperbaiki karena rusak dan butuh 70 hari untuk perbaikannya. Nyatanya hingga hari ini 6 Mei 2014 giliran gelap malah semakin mengerikan. Minggu dan hari libur pun bisa diisi dengan acara gelap-gelapan. Tapi ada satu hal yang membuat saya takjub dan kagum. Saat kampanye pemilu legislatif   provinsi Sumut tiba-tiba seperti bebas dari byarrr pet. Kog bisa? Senang rasanya, hari-hari menjadi indah. Mau tidur, nonton TV, anak-anak pengen belajar, ngeprint ini itu menjadi mudah semuanya. Pokoknya happy.Sungguh heran ya, kog masa kampanye selama 3 minggu listrik ga mati. Hari-hari berakhirnya masa kampanye Sumut kembali menangis. Sungguh terlaluuuu.

Kondisi listrik provinsi Sumut tampaknya tidak ada pejabat yang merasa prihatin. Saya teringat peristiwa jalan tol yang dibuka Pak Dahlan Iskan, sang    Menteri BUMN karena tidak ada yang menjadi gardu. Tapi kog masalah listrik ini beliau diam-diam saja. Apa listrik kurang penting dibandingkan jalan tol? Presiden pun begitu juga adanya, saat pasar Senen terbakar beliaupun menyempatkan diri meninjau ke tempat kejadian, padahal krisis listrik di Provinsi Sumut menurut saya kejadian yang jauh lebih mengerikan dibandingkan terbakarnya pasar Senen. Alasannya, kondisi  ini tentunya membuat kerugian yang jauh lebih besar ketimbang terbakarnya pasar Senen. Industri yang mengandalkan energi dari PLN tentunya akan mengalami kerugian meteriil dan waktu yang luar biasanya. Bayangkan saja, jika listrik padam mesin-mesin tidak bisa diaktifkan, karyawan bagian produksi duduk-duduk, tetapi toh tetap harus digaji, belum lagi pesanan yang tidak dapat selesai tepat waktu. Anak-anak sekolah tidak dapat belajar dengan baik, khususnya yang sedang menhadapi UN.

Para pejabat yang merasa dirinya berkompeten di bidang ini dan merasa dirinya masih ada dan berguna, tolong perhatian penderitan rakyat Provinsi Sumut, kami bagaikan hidup di neraka. Tidur tak nyenyak, aktivitas sangat terganggu, bahkan mata pencahariaan pun terancam hilang. Khusus kepada Pak Nur Pamudji selaku Dirut PLN, jika Bapak tidak becus bekerja dengan baik, saya sarankan alangkah baiknya Bapak serahkan jabatan Dirut PLN kepada orang yang lebih lihai dan pintar mengelola PLN. Kepada Bapak Dahlan Iskan saya memohon dengan sangat agar jangan menganggap sepele masalah ini. Terima kasih.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun