Mohon tunggu...
Yung Mau Lin
Yung Mau Lin Mohon Tunggu... -

Seorang ayah dengan dua orang putra. Saya ingin belajar menulis di Kompasiana Sehat ini dengan harapan : 1. Dapat menyalurkan buah pikiran saya kepada pembaca Kompasiana, 2. Menambah wawasan saya dalam hal tulis menulis

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

LPI Adalah Ladang Penghasil Pemain Handal

16 Januari 2011   05:12 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:32 538
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Liga Premier Indonesia ( LPI ) yang digagas oleh Arifin Panigoro dapat diharapkan menjadi ladang yang akan mencetak para pemain bola Indonesia yang handal dalam setahun atau 2 tahun mendatang. Jika niat para penggagas LPI tulus dan murni untuk memajukan persepakbolaan Indonesia maka saya optimis sekali bahwa menghasilkan pemain Indonesia berkualitas dunia bukanlah hal mustahil. Tentunya para pengurus LPI pun harus menunjukkan keprofesionalan mereka di bidang ini. Honor pemain , pelatih, pengurus dan wasit tentunya harus dilakukan dengan perhitungan yang sehat dan matang. Sumber-sumber dana penyelengaraan pertandingan tentunya tidak boleh lagi bertumpu kepada sponsor yang menitipkan pesan politik. LPI harus benar-benar menjadikan sepakbola sebagai industri yang dapat menghasilkan duit banyak untuk mendanai komponen liga tersebut.

Seharusnya para pengurus PSSI harus membuang jauh-jauh kepentingan pribadi mereka dan bekerja sama dengan LPI untuk memajukan bidang olahraga sepak menyepak ini di republik yang kita cintai ini.
Tanpa kompetisi yang teratur dan terarah tentunya sulit menghasilkan pemain profesional yang handal. Klub sepakbola yang bernaung dalam sebuah liga ibarat ladang pencetak pemain handal yang nantinya diharapkan dapat membela Sang Saka Merah Putih diajang internasional. Pemain yang baik tentunya harus diberi jaminan hidup yang layak. Mereka bisa mendapatkan itu dari liga yang benar-benar berorientasi bisnis karena klub dalam liga seperti ini berani memasang bayaran yang tinggi kepada para pemain. Para atlit olahraga ini tentunya sadar untuk terus mengasah kemampuan mereka agar dapat ditransfer dengan harga tinggi. Mereka akan menjadi lebih disiplin, fokus menjalani profesi ini tanpa harus memikirkan uang hadiah,bonus dan sebagainya ketika membela timnas. Seseorang yang dapat menjalani pekerjaannya dengan nyaman dan tanpa perlu lagi memikirkan masa depan tentunya akan memberikan hasil yang jauh lebih baik ketimbang seperti sekarang ini,para pemain harus mengantisipasi kehidupan di hari tua walaupun mereka dijanjikan pekerjaan oleh pengurus PSSI setelah pensiun dari sepakbola.

Hari ini saya sempat membaca berita bahwa surat teguran dari FIFA kepada PSSI terkait dengan keberadaan LPI ternyata palsu. Saya tidak tahu pasti apakah berita itu benar atau tidak, semuanya masih serba abu-abu. Andaikan benar saya berpendapat PSSI perlu diurus oleh orang-orang yang lebih tahu sepakbola ketimbang yang sekarang, penuh dengan nuansa politis. Yang cukup mencengangkan dan mengherankan adalah timbulnya beda pendapat antara PSSI dan pemerintah. Pemerintah melalui Menpora, Andi Malarangeng justru mendukung keberadaan LPI, beliau menghimbau PSS dan LSI menggandeng LPI sebagai patner untuk mencetak pemain bermutu. Apakah para pengurus PSSI lebih bijak atau Menpora yang terlalu bodoh untuk menentukan posisi LPI, menteri mengatakan LPI legal sementara PSSI menyebutnya illegal. Siapa yang konyol?

Akhirnya kita hanya bisa berharap ada sebuah sistem pembinaan pemain Indonesia yang tepat sehingga dapat menghasilkan pemain-pemain yang dapat mengharumkan negara dan bangsa. Amin

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun