Mohon tunggu...
Frans Yunet
Frans Yunet Mohon Tunggu... Professional di bidang nya -

menjalani hidup ini dengan apa adanya dan dengan penuh kesyukuran...

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Pep Guardiola : Mundurnya sang “Kreator” Tiki-Taka

27 April 2012   16:49 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:01 384
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Akhirnya jelas sudah, kemana arah yang dituju oleh sang “Kreator” Tiki-Taka, Pep Guardiola bahwa musim mendatang Pep sudah tidak melatih lagi untuk klub yang berjuluk “terbaik” di muka bumi yaitu Barcelona. Selama empat tahun melatih Carles Puyol dkk. Guardiola sudah memberikan tiga buah gelar juara La Liga, dua gelar Liga Champions, dua gelar Piala Super Eropa, dua gelar Piala Dunia Antarklub, tiga gelar Piala Super Spanyol, dan sebuah gelar Copa del Rey.

Sungguh merupakan pilihan yang sulit untuk kedua belah pihak. Dengan usia kepelatihan yang masih muda Pep sudah banyak memberikan gelar untuk Barcelona, yang hingga musim ini masih ada kesempatan untuk meraih trophy Copa Del Rey. Memang untuk meraih trophy liga musim ini sangat berat, karena selisih point yang cukup signifikan dengan sang rival abadi yaitu Real Madrid. Sebetulnya Barca secara finansial juga masih mampu menahan sang pelatih agar tetap bertahan lebih lama tinggal di Camp Nou untuk terus menambah pundi-pundi trophy dan terus bersaing dengan sang rival abadinya. Tapi pilihan sang pelatih pun sepertinya sudah bulat, bahwa Pep ingin beristirahat, dan ingin memberikan kesempatan sang suksessor untuk memberikan apa yang belum pernah diberikan Pep ke Barcelona. Sunggu pilihan yang bijaksana tidak ngoyo dan sikap legowo yang ditunjukkan oleh sang pelatih. Saya yakin, kalo mau Pep akan bisa bertahan lebih lama di Camp Nou sebagaimana Sir Alex Ferguson di Manchester United, yang sudah kurang lebih 25 tahun mengabdi di Theater of Dream, Old Trafford, Inggris.

Pep sejatinya berpeluang bisa menjadi pelatih yang akan melegenda apabila bertahan lebih lama untuk melatih Messi dkk., tapi hal itu tidak di lakukan, Pep lebih memilih untuk mundur. Hal ini juga sesuai seperti yang selalu dikatakan, bahwa kontrak yang diikat dengan Barca tidak dalam rentang yang lama, hanya semusim-semusim saja. Ini menunjukkan bahwa Pep tidak ingin terikat secara “permanen” oleh Barca, dan Pep dapat mengajukan pengunduran nya lebih cepat dari yang diperkirakan oleh pihak lain.

Yang perlu dicontoh dari Pep Guardiola ini adalah bagaimana seorang pelatih mampu meramu dan meracik sebuah tim yang kompak solid sehingga mampu menghasilkan sebuah prestasi yang luar biasa, Messi menjadi tambah luar biasa semenjak diasuk oleh Pep, Xavi dan Iniesta semakin banyak diberikan peran sentral dalam mengatur dirigen di lapangan tengah Barca, dan mampu menorehkan tinta emas di percaturan bola di level kompetisi eropa bahkan level dunia. Tidak ada satupun yang meragukan kemampuan Pep dalam mengelola tim sebesar Barca. Kehadiran pertama kali untuk melatih Barca sempet diragukan, tapi Pep menjawab dengan kemenangan dalam setiap laga, bahkan dalam laga “El Classico” selalu dimenangkan oleh Barca, bahkan dalam kurun waktu 4 tahun kepelatihan Pep, Real Madrid hanya mampu menang sebanyak 2 kali, yaitu pada final Copa Del Rey dan putaran ke-2 Liga Musim ini, sebelum Barca akhirnya ditahan imbang 2-2 oleh Chelsea, sehingga Barca kandas untuk mencapai Finall Liga Champion musim ini.

Lain daripada itu, dengan kesederhanaan yang dimiliki oleh Pep, banyak pemain ataupun pelatih lain angkat topi atas sikap yang ditunjukkan oleh sang pelatih Barca, karena berkat Pep inilah “tika taka” yang menjadi ciri khas Barca semakin dikenal oleh pecinta bola dunia. Dengan tika-taka yang konon merupakan aplikasi lain dari “total football” nya Rinus Michel nya dari Belanda, yang mampu menunjukkan operan pendek dari kaki ke kaki, secara cepat dan sinergi dari lapangan tengah hingga mengepung pertahanan lawan, sehingga banyak menghasilkan gol. Permainan cantik yang ditunjukkan Barca selama ini mengundang decak kagum oleh para tim lawan, dan tim lawan pun tidak akan berani menantang nya dengan perlawanan terbuka, pasti akan dihabisi oleh Messi dkk., hanya serangan balik lah yang akan di pakai oleh lawan untuk memecah kebuntuannya karena di tekan terus oleh anak asuh Pep, hal ini ditunjukkan oleh Chelsea pada saat menahan imbang 2-2 di Camp Nou. Walau di kepung setiap saat, akhirnya Chelsea mampu menjungkalkan dengan agregat 3-2 berkat kemenangan 1-0 di Stamforf Bridge semingu sebelumnya.

Akhirnya, sementara ini Barca akan kehilangan sang pelatih hebat yang mampu menghasilkan prestasi hebat, dan sang penerus Tito Villanova akan melanjutkan kiprahnya bersama Barca. Sang pelatih baru harus belajar dari pelatih lama dan harus mampu memberikan yang terbaik dan mampu memberikan apa yang belum diberikan oleh Pep. Tentunya bukan pekerjaan yang mudah, walau bukan pekerjaan yang tidak bisa dilakukan, tapi Pep pasti akan jadi bayang-bayang kesuksesan pelatih baru nantinya.

Pep telah banyak menginspirasi semua pelatih, pemain dan penonton. Banyak yang terhibur oleh aksi-aksi yang ditunjukkan oleh anak asuhnya. Timnas dan klub-klub Indonesia harus banyak belajar dari sang Maestro “tika-tika” ini, karena tidak banyak pelatih dan pemain seperti permainan Barca saat ini.

Selamat jalan dan selamat berpisah Pep, kami akan menunggu kiprahmu di lain waktu...!!!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun