Mohon tunggu...
Frans Yunet
Frans Yunet Mohon Tunggu... Professional di bidang nya -

menjalani hidup ini dengan apa adanya dan dengan penuh kesyukuran...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sehari Tanpa Nasi?!

22 April 2012   15:44 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:16 295
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Melihat dan membaca berita tentang kampanye “Sehari tanpa Nasi” yang diadakan oleh pemerintah kota di Depok hanya untuk mendapatkan sertifikat dari MURI dengan mengorbankan 12 siswa pingsan. Sungguh aneh sekali apabila hal tersebut dilakukan sebagai kampanye, bukan sebagai kebiasaan dan budaya, dan anehnya lagi hal tersebut dilakukan oleh pemda dengan harapan dapat sebuah sertifikat dan dianggap sebagai rekor.

Salah atau tidak semua tergantung dari mana persepsi itu ditangkap, tapi kalo menurut hemat saya, hal tersebut salah, karena dilakukan hanya untuk mendapatkan sertifikat rekor tapi belum tentu diterima oleh lapisan masyarakat dibawah, apalagi yang diajak adalah pelajar yang secara budaya dan kebiasaan dirumah pasti diajarkan makan nasi dan kenyang, sehingga perutnya pun sudah terbiasa dengan nasi dan tidak terbiasa dengan makanan selain nasi.

Sudah diketahui, bahwa masyarakat di kota Jabodetabek ini adalah bukan masyarakat yang mayoritas mengkonsumsi singkong atau makan selain nasi. Satu hari pasti makan nasi, apalagi untuk anak-anak sekolah jaman sekarang, belum dikatakan “makan” apabila perut belum terisi nasi. Lah ini malah dikasih makan singkong, yang malah notabene kalo dikota jakarta bahkan di jabodetabek singkong itu diangap sebagai makanan selingan / cemilan bukan makanan pokok, singkong banyak didapat dari abang tukang gorengan yang biasa ngetemp di depan gerbang sekolah atau depan gang.

Kenapa kampanye sehari tanpa nasi itu tidak dilakukan oleh pejabat nya dulu, supaya bisa menjadi contoh dan teladan warganya, jangan hanya bisa menghimbau saja seakan-akan himbauan itu sebagai sarana untuk mendongkrak popularitasnya saja tanpa mempertimbangkan dampak yang akan timbul, karena tidak mudah mengganti yang pokok dengan yang lain.

Tidak salah memang menganjurkan masyarakat/warga untuk tidak makan nasi, dalam hal ini adalah membuat diversifikasi ataupun substitusi makanan pokok dari nasi dengan singkong, tapi semua perlu tahapan dan tidak bisa ujug-ujug langsung, karena kondisi perut setiap orang pasti berbeda. Mungkin orang yang terbiasa hal itu tidak masalah, bahkan nasi jagung pun bisa digunakan sebagai pengganti nasi, tapi bagi orang yang terbiasa makan nasi, hal itu akan menjadi masalah buat perut.

Sebetulnya, pemerintah bisa mencari jalan alternativ yang lain, apabila ingin memasyarakatkan “makan selain nasi”, yaitu dengan cara diadakan festival makanan selain nasi, setiap pertemuan tidak perlu makan nasi, mempopulerkan singkong, jagung dengan mengemasnya menjadi makanan yang enak dan mudah didapat oleh masyarakat, sehingga masyarakat tidak asing lagi dengan kata-kata selain nasi. Karena sebelum aksi, mindset harus diubah dulu, paradigma perlu dibentuk agar persepsi masyarakat terhadap nasi tidak salah kaprah, bahwa kalao makan ya pasti nasi. Selama ini, dari kecil yang namanya makan pasti pakai nasi, bukan yang lain, bahkan dalam setiap acara terutam pesta ataupaun acara bersenang-senang, nasi itu selalu ada.

Nah, sekarang dengan kondisi negara yang tidak mampu swasembada beras, mampukah pemerintah mensosialisasikan pengganti nasi sebagai bahan makanan utama. Apakah pemerintah bisa menjadikan dirinya contoh dan teladan untuk tidak bergantung pada nasi saja, apakah para pejabat di negeri ini mampu menjadi pionir untuk makan selain nasi sebagai makanan utama nya ? kita tunggu saja berita selanjutnya !!!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun