Tahukah kalian seberapa perlunya pengolahan air tercemar limbah zat warna? Salah satu masalah lingkungan yang penting untuk mendapat perhatian adalah pencemaran air yang disebabkan oleh pembuangan limbah industri tekstil di lingkungan perairan. Hal ini karena pada umumnya limbah tekstil mengandung sejumlah besar bahan kimia organik yang berbahaya. Limbah zat warna merupakan senyawa kimia yang sangat larut dan banyak digunakan di industri tekstil, seperti industri batik. Pada proses pewarnaan, hanya sebagian zat warna yang diserap oleh bahan dan sisanya akan terbuang sebagai air limbah. Buangan limbah zat warna di lingkungan perairan mudah terdeteksi, karena akan ada perubahan warna pada air tercemar. Selain sifatnya yang berbahaya, pelepasan larutan zat warna pekat pada perairan dapat mencegah penetrasi sinar matahari sehingga mengurangi proses fotosintesis dan mengganggu kehidupan organisme dalam air. Dengan demikian diperlukan upaya untuk mengolah limbah yang berbahaya ini menjadi lebih aman untuk lingkungan.
Kenapa sih harus diolah? dan Bagaimana caranya? Jumlah limbah yang cukup besar tanpa diiringi dengan pengolahan tepat guna dapat menyebabkan beberapa dampak, baik bagi kesehatan manusia maupun lingkungan. Salah satunya yaitu dengan jalan mengurai limbah zat warna dengan memanfaatkan limbah lain yang telah diolah secara kimiawi.
Indonesia memiliki sumber daya mineral yang sangat melimpah terutama mineral logam-logam yang dimanfaatkan sebagai bahan baku utama dalam pendukung industri baja nasional. Konsekuensinya, selain menghasilkan baja sebagai produk hasil industri, aktivitas ini menyumbang limbah baja yang lebih dikenal sebagai mill scale. Limbah mill scale tersebut bisa kita manfaatkan kembali, salah satunya untuk bahan baku pengurai limbah zat warna. Mill scale mengandung mineral besi dalam bentuk unsur dan tiga jenis oksida besi yaitu wustite (FeO), hematite (α-Fe2O3), dan magnetite (Fe3O4) (Jikar & Dhokey, 2020). Unsur – unsur dalam mill scale ini dapat dimanfaatkan dengan cara diolah secara kimiawi sehingga dapat digunakan untuk mengurai limbah zat warna. Material tersebut juga dapat digabungkan dengan material lain yang bersifat semikonduktor seperti TiO2, ZnO, WO3, CdO, CuO, NiO, dan SnO2, yang menunjukkan kinerja optimal yang tinggi untuk menguraikan zat warna (Ghanbarnezhad et al., 2017).
Untuk Penguraian limbah ini sebenarnya cukup mudah menggunakan prinsip fotokatalis yang di mana caranya adalah menambahkan beberapa gram katalis dari limbah baja yang telah diolah ke dalam zat warna tertentu, kemudian untuk pengamatannya dilakukan pengambilan sampel tiap waktu tertentu dan dianalisa dilaboratorium.
Mungkin cara-cara tersebut seharusnya sudah dilakukan pengolahan atau penguraian limbah dengan skala laboratorium karena pada dasarnya limbah tekstil atau zat warna ini merupakan limbah yang berbahaya bagi lingkungan baik organisme dalam air maupun manusia sendiri. Untuk menuju transisi yang lebih hijau mari kita jaga serta lestarikan organisme air dengan memanfaatkan limbah baja untuk menguraikan limbah zat warna, Bagaimana menurut kalian?
Referensi
Ghanbarnezhad, S., Baghshahi, S., Nemati, A., & Mahmoodi, M. (2017). Preparation, magnetic properties, and photocatalytic performance under natural daylight irradiation of Fe3O4-ZnO core/shell nanoparticles designed on reduced GO platelet. Materials Science in Semiconductor Processing, 72(May), 85–92. https://doi.org/10.1016/j.mssp.2017.09.015
Jikar, P. C., & Dhokey, N. B. (2020). Materials Today : Proceedings Overview on production of reduced iron powder from mill scale waste. Materials Today: Proceedings, xxxx. https://doi.org/10.1016/j.matpr.2020.10.552
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H