Mohon tunggu...
Yunda Yutisa Purnomo
Yunda Yutisa Purnomo Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Kesehatan Masyarakat

saya merupakan mahasiswa dari fakultas kesehatan masyrakat

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Preconception Care sebagai Upaya Preventif Kehamilan Tidak Diinginkan pada Remaja

9 Juli 2024   20:00 Diperbarui: 9 Juli 2024   20:00 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Kehamilan yang tidak di inginkan merupakan masalah yang sering timbul dikalangan remaja yang perlu mendapatkan perhatian baik dari keluarga, masyarakat maupun negara . Masalah ini dapat timbul akibat adanya perubahan sikap dan perilaku seksual remaja. Masa remaja bisa disebut dengan masa yang aktif untuk mengexplore hal baru yang belum pernah terjadi dimasa sebelumnya. Rasa keingintahuan dan rasa penasaran akan sesuatu pada remaja sangat tinggi. Saat rasa ingin tahu sudah terpenuhi, mereka akan mengaktulisasikan dirinya. Bukan hanya itu,  rasa penasaran akan berbagai hal yang bernilai positif dan negatif dapat membawa risiko kesehatan seperti remaja terlibat dalam pergaulan bebas, contohnya melakukan seks bebas sebelum menikah. Hal ini dimulai dari perilaku pacaran. Kebanyakan dari remaja mempunyai pandangan yang tidak tepat perihal hubungan seks. Mereka berasumsi bahwa dengan melakukan seks dengan pasangan tidak halal itu adalah bentuk ungkapan rasa cinta. Hal ini yang dapat menyebabkan kehamilan yang tidak diinginkan sehingga daripada menanggung aib, remaja dan keluarga mengambil satu keputusan yang tidak etis dan efektif dengan tindakan aborsi.

Indonesia mempunyai tingkat kehamilan tidak diinginkan rentang usia <20 Tahun tergolong tinggi  yaitu 17,5% menurut BKKBN 2020. Terdapat 19,6% kasus kehamilan tidak diinginkan pada penduduk remaja rentang usia 14-19 tahun, dan 20% kasus aborsi di Indonesia dilakukan oleh kalangan remaja. (BKKBN, 2021). Banyak dampak yang ditimbulkan apabila kehamilan tidak diinginkan ini terjadi dikalangan remaja. Contoh dampak yang ditimbulkan ialah seperti putus sekolah, serta mendapat tekanan psikologis seperti dikucilkan, bunuh diri,  dan aborsi yang tidak aman. Selain berdampak pada diri sendiri, kehamilan yang tidak diinginkan mempunyai dampak jangka panjang terhadap anak. Anak yang terlahir dari kehamilan yang tidak direncanakan akan mempunyai perkembangan yang lebih rendah. Hal ini biasanhya terjadi karena kekurangan kasih sayang dari orang tuanya yang tidak memiliki kesiapan akan kehamilan atau juga bisa terjadi karena pengaruh dari keadaan sosial dan ekonomi keluarga yang tidak siap menjadi orang tua.

Upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk menurunkan AKI (Angka Kematian Ibu) di mulai dari masa preconception care, antenatal care, hingga postnatal care. Kegunaan preconception care yakni untuk menentukan kesehatan, sosial, gaya hidup yang kurang baik, sehingga memungkin mempengaruhi persiapan kehamilan. Preconception care jika dijalankan dengan baik maka akan berdampak positif untuk calon ibu. Waktu yang diperlukan untuk preconception care ialah sebelum masa kehamilan maksimal 2 tahun sebelum kehamilan dan pada masa remaja.

Perawatan prakonsepsi menjadi bagian paling dasar dari layanan kesehatan mencakup serangkaian evaluasi serta intervensi yang dikembangkan untuk menentukan dan mengubah risiko medis, perilaku, dan sosial terkait kesehatan perempuan dan konsekuensi kehamilannya yang harus dilakukan sebelum masa kehamilan kehamilan itu terjadi. Kehamilan yang berkualitas harus direncanaka serta perlu adanya evaluasi terkait kondisi ibu serta harus adanya intervensi yang harus dilakukan sebelum kehamilan untuk menjamin masa kehamilan terutama untuk kesehatan ibu dan bayi. Perawatan masa prakonsepsi ini sangat bagus bila terealisasikan sejak masa remaja karena dapat meningkatkan derajat kesehatan remaja agar tidak ada kehamilan yang tidak diinginkan, mendorong penggunaan kontrasepsi, mengatur jarak kelahiran yang tepat, status gizi, status imunisasi, penggunaan tembakau, alkohol. Selain itu, jika seorang wanita  ingin mencapai hasil yang optimal, maka perlu upaya pencegahan yang berkelanjutan pada masa prakonsepsi sejak remaja seperti dengan memberikan pendidikan seks dan reproduksi. Hal tersebut merupakan faktor yang dapat mencegah kehamilan yang tidak diinginkan. Namun, pada kenyatannya selama ini program prakonsepsi belum diperhatikan kebutuhannya secara maksimal. Banyak pihak sekolah dan orang tua tidak memberikan pendidikan terkait seks dengan serius. Sehingga remaja mencoba mencari informasi atau mendapat informasi yang tidak terpercaya kebenarannya.

Masa prekonsepsi merupakan langkah awal yang akan mementukan masa selanjutnya. Oleh karena itu, perlu adanya sebuah kebijakan untuk mengoptimalisasi preconception care dalam pelayanan kesehatan karena hal tersebut akan mencegah kehamilan yang tidak diinginkan sehingga diharapkan tindakan aborsi ilegal tidak marak terjadi agar  AKI (Angka Kematian Ibu) juga menurun.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun