Mohon tunggu...
Yunaidi Joepoet
Yunaidi Joepoet Mohon Tunggu... profesional -

young indonesian travel photoblogger another travel notes & my photos in http://www.ranselkosong.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Manusia Super dari Kawah Ijen

12 Mei 2010   02:14 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:15 274
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gerak langkah terdengar sayup-sayup di paltuding ketika sang fajar mulai merona di ufuk timur.  Pagi sekali puluhan penambang belerang tradisional bergerak menanjak menuju daerah penambangan belerang kawah ijen, danau asam yang terletak diketinggian 2368 meter di atas permukaan laut dengan kedalaman danau 200 meter dan luas kawah mencapai 5466 Hektar. Pesona kawah, aktifitas penambangan belerang  dan keindahanya telah mengantarkan saya jauh dari Pekanbaru dan menikmati dinginya kereta ekonomi dari Jakarta hingga Jember kemudian melanjutkan perjalanan dengan motor menembus kota Bondowoso melewati hutan-hutan pinus dan jalanan yang begitu melelahkan. Malam itu saya menginap di losmen kayu dengan tarif 25.000/ malam dengan fasilitas lampu semprong . Pagi sekali dinginya paltuding membangunkan saya dari tidur. Bergegas juga pagi itu saya menggerakan langkah kaki menuju kawah ijen dari pos paltuding. Paltuding merupakan pos terakhir yang bisa dijadikan tempat menginap sebelum memulai perjalan ke kawah ijen yang berjarak sekitar 3,2 KM. Jalan dari Pos Paltuding hingga ke Kawah Ijen sendiri cukup berat dan menanjak, namun perjalanan tersebut akan terobati oleh keindahan pemandangan dikanan dan kiri jalan. *** Setelah setengah jam perjalanan dari Paltuding akhirnya saya sampai juga di Pos Bunder, terlihat banyak penambang belerang yang sedang beristirahat sebelum melanjutkan perjalanan ke kawah ijen ataupun turun ke Paltuding untuk mengantarkan belerang yang telah dipanggul dari Kawah Ijen ke Truk Pengangkut belerang. Perkiraan saya bawaan belerang yang dibawa penambang mencapai 60 – 110 Kilogram, sungguh sangat fenomenal menurut saya karena kekuatan mereka mengangkut beban sebanyak itu dengan perjalanan yang sangat sulit.

Setelah beritirahat sejenak di Pos Bunder saya melanjutkan perjalanan ke Kawah Ijen, menanjak adalah hal yang saya temui ketika melewati jalur penguras tenaga ini. Namun semua agak terobati karena dalam perjalanan pemandangan sangat menakjubkan dan samar-samar terlihat Gunung Raung memancarkan pesonanya. Dalam perjalanan ke atas saya banyak berpapasan dengan penambang belerang yang turun ke bawah, membuat saya semakin bersemangat untuk segera sampai di kawah ijen. Setelah perjalanan melelahkan dari Pos Bunder tiba saat nya mata ini melihat suatu keindahan yang tak ternilai, Kawah Ijen yang berwarna hijau ini memancarkan pesonanya seakan-akan memanggil saya agar segera turun untuk mendekat ke kawah tersebut. Perjalanan turun termasuk sulit untuk dilalui karna jalan setapak yang begitu kecil dengan sudut kemiringan hingga 30’ membuat langkah turun saya agak tersendat-sendat, namun akhirnya dengan semangat keras akhirnya saya sampai juga di bibir kawah
Sembulan asap belerang seakan berteriak selamat datang kepada saya, dalam teriakanya sembulan itu mungkin mengisaratkan tentang ada sesuatu yang harus orang tau tentang tempat ini. Tempat yang menyimpan berbagai keindahan, pesona dan semangat kerja keras. Kawah ijen memang memiliki keindahan yang tiada tara,kawah nya yang berwarna biru dikelilingi gunung, penambang-penambang belerang yang rela menaruhkan nyawanya untuk mengais rupiah agar tetap hidup. Beberapa saat saya sempat termenung melihat apa yang dilakukan oleh “manusia super” ini. Ditengah kepulan asap mereka melakukan pekerjaan yang sungguh berbahaya, menyirami drum-drum yang dialiri pipa pipa, menggali serpihan belerang dan semuanya dilakukan secara manual.
Dalam melakukan kegiatan tambang belerang, para penambang ini melakukanya dalam bentuk kelompok “ Satu kelompok kami terdiri dari 9-12 orang, 15 hari kami melakukan penambangan disini dan 15 hari lagi kami berada dirumah “ Ujar salah seorang penambang bernama Budiono yang telah menambang di sini semenjak umur 14 tahun hingga sekarang beliau berimur 54 tahun. Budiono atau Pak Budi merupakan wajah familiar yang pernah saya lihat dibeberapa foto hasil jepretan yang saya liat dibeberapa situs foto berita. Saya pun beberapa saat menikmati dan berinteraksi dengan para penambang belerang disini, semakin siang asap belerang semakin banyak menutupi kawah belerang ini. Akhirnya saya pun segera beranjak kembali ke Pos Paltuding. Perjalanan dari bibir kawah ke atas bukanlah perkara mudah. Mendaki keatas ditengah kepulan asap belerang membuat saya beberapa kali tumbang dan harus melakukan pernafasan lewt mulut yang ditutupi dengan slayer saya yang basah oleh air ludah. Karena hanya dengan begitu saya bisa menghirup oksigen.
Sungguh mengunjungi Kawah Ijen semakin membuat saya sadar akan kehidupan, betapa sulitnya hidup ini, betapa besar anugrah Tuhan. Menambang dengan alat tradisional ditengah kepulan belerang yang beracun, mengangkat belerang hingga 120 Kilogram dengan jalanan terjal dan jarak tempuh hingga 3,2 KM. Inilah realita kehidupan yang mungkin kelak saya hadapi. Banyak pelajaran tentang kesederhanaan dan kerja keras yang saya dapatkan disini. Semoga suatu saat uang jajan saya bisa mengantarkan saya kesini untuk tingal beberapa hari dan merasakan kehidupan penambang yang sesungguhnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun