Sedangkan di Indonesia arus keluar modal aing menyebabkan deifisit pada Neraca Pembayaran sebesar 1,5% dari PDB di triwulan pertama. Kondisi ini disebabkan hasil Surat Berharga Neggara (SBN) naik sebesar 0,21% dan nilai tukar rupiah mengalami tekanan terhadap Dolar AS yang mencapai nilai terendah.
Selain itu, ia berharap investasi dan ekspor bakal tumbuh tinggi. Salah satu dari pertumbuhan konsumsi rumah tangga yang merupakan kontributor utama pertumbuhan ekonomi masih tertahan di angka 4,95% atau 5%. Sementara itu, Inverstasi tercatat mengalami lompatan pertumbuhan yaitu 7,95% jauh lebih tinggi. Dari sisi lain kinerja ekspor tidak memuaskan pertumbuhannya menurun hanya 6,1% dan impor tumbuh signifikan di angka 12,75%.
Ada syarat agar pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap stabil dan bisa mencapai 6%. Menurut Menteri Perencanaan dan Pembangunan Nasional Bambang Brojonegoro bahwa Indonesia memiliki potensi untuk mencapai pertumbuhan ekonomi sebesar 6% dengan syarat penggerak potensi pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak hanya di jawa tetapi seluruh Indonesia. Selama ini potensi pertumbuhan ekonomi di Indonesia masih fokus pada potensi dipulau jawa padahan setiap daerah diseluruh Indonesia memiliki potensi untuk berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi Indonesia. Harapannya pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap stabil dengan memanfaatkan potensi yang dimiliki Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H