Penumbuhan industri berperan strategis dalam mempercepat pemerataan pembangunan dan kesejahteraan di Indonesia. Pasalnya, aktifitas industri selalu membawa efek berganda terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. Sebut saja seperti melalui penyerapan tenaga kerja, peningkatan nilai tambah, dan penerimaan devisa.
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan Kementerian Perindustrian bersama pemangku kepentingan telah menyiapkan skema integrasi industri dari hulu hingga hilir. Menurutnya skema ini mampu menumbuhkan industri di Indonesia yang implikasinya bisa mendorong pertumbuhan ekonomi.
Data BPS merekam sepanjang tahun 2016, industri pengolahan non migas secara kumulatif tumbuh sekitar 4,42 persen dengan memberikan kontribusi signifikan terhadap perekonomian nasional sebesar 18,20 persen. Tahun 2017, industri pengolahan non migas diproyeksikan tumbuh di kisaran 5,2 – 5,4 persen dengan target pertumbuhan ekonomi sebesar 5,1 – 5,4 persen.
Menurut Airlangga, dalam skema tersebut, integrasi dimulai dari bahan baku, proses produksi, jasa terkait hingga produk akhir. Bahkan, sampai pada daur ulang produk industri tersebut. Skema ini memang penting bagi peningkatan daya saing industri nasional ke depan.
Untuk mengimplementasikannya, pemerintah akan mengurangi hambatan-hambatan di sektor perindustrian, Â sehingga mampu menciptakan iklim investasi yang kondusif di dalam negeri. Misalnya melalui deregulasi dan paket kebijakan ekonomi. Airlangga juga menyebutkan bahwa peraturan-peraturan ini tengah dikaji dan salah satu target yang bisa didorong adalah pengembangan industri padat karya berorientasi ekspor.
Industri Barang Jadi
Beberapa sektor kimia hilir yang mampu mendorong ekonomi berkeadilan di Indonesia, antara lain industri barang jadi karet, industri farmasi dan obat tradisional, serta industri kosmetika. Sebagai gambaran, potensi industri barang jadi karet dalam negeri, dari hulunya didukung dengan area perkebunan karet paling luas di dunia yang mencapai 3,64 juta hektar.
Dari total luas area tersebut, produksi karet sebanyak 3,16 juta ton pada tahun 2016. Di sektor antara, industri pengolahan karet sekitar 145 perusahaan dengan menyerap tenaga kerja lebih dari 36 ribu orang dan memiliki kapasitas produksi hingga 5,2 juta ton per tahun.
Sementara itu di sektor hilir, yang di antaranya meliputi industri ban, sarung tangan karet, dan komponen otomotif, terdiri dari 308 Â perusahaan dengan kapasitas produksi 1,4 juta ton per tahun. Selain itu, industri tekstil dan produk tekstil juga berperan. Sektor ini merupakan kantong penyerapan tenaga kerja terbesar hampir 3,5 juta orang sampai ke skala industri kecil dan menengah (IKM)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H