Mohon tunggu...
Yumi Sastriyansah
Yumi Sastriyansah Mohon Tunggu... Mahasiswa -

please check my account, Yumisstrynsh.blogspot.com / yumisstrynsh.tumblr.com

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Prolematika melanjutkan ke Universitas Tinggi

4 Juli 2013   14:03 Diperbarui: 24 Juni 2015   11:01 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Mungkin melanjutkan keperguruan tinggi masih menjadi barang mewah dan tak semua orang yang beruntung bisa mendapatkannya. Untuk sebagian rakyat kecilmelanjutkan kejenjang yang lebih tinggi sangat membutuhkan dana yang tak sedikit dan menguras kantong banyak . Untuk sebagian orang tua, ini sudah menjadi sebuah problematika kehidupan bagi nya dan bagi anak-anak nya. keinginan besar untuk melanjutkan ke universitas tinggi terhalangi oleh puluhan-puluhan biaya yang ada. tentang cita-dita dan mengejar impian, Mungkin untuk sebagian orang yang tak mampu, mereka berkorban untuk tidak melanjutkan keuniversitas dan memilih kegiatan ataulangsung kerja setelah lulus. Sedangkan standarisasi pekerjaan dengan gaji yang memuaskan itu setidaknya sudah lulusan S1.

“dimana ada kemauan disitu ada jalan”. Cukup sederhana. Akan selalu ada jalan untuk semua kemauan. Memang ada, jalan untuk melanjutkan hidup dan memenuhi segala keinginan itu. memang tak ada yang mustahil didunia ini,asalkan ada kemauan untuk berubah yang lebih baik dan berusaha yang terbaik, nyata nya didunia ini apapun bisa saja terjadi.

Terkadang saya suka ‘envy’ melihat mereka yang jauh lebih mudah untuk melanjutkan kependidikan yang lebih tinggi. Tak harus bersusah payah untuk membayar segala keperluan yang ada. tak harus memikirkan berapa banyak uang yang nanti nya akan dikeluarkan. Mereka cukup belajar dan fokus belajar dan tanpa memerlukankerja sampingan yang dibutuhkan. Bisa fokus belajar dengan baik. Tapi untuk sebagian orang yang kurang mampu, untuk sebagian orang yang mempunyai kesadaran akan betapa besar nya sebuah pendidikan, ini sudah menjadi sebuah masalah yang besar. Mereka yang punya kemauan keras, mereka bisa mendapatkan apa yang mereka inginkan. Hanya saja jalan yang ditempuh untuk masing-masing kehidupan memang jelas berbeda.

Saya pernah mendengar istilah “yang kaya makin kaya, yang miskin makin terpuruk saja”. dulu saya memang tak mengerti dari kalimat itu. tapi lambat laun, kalimat itu menjadi sangat benar istilahnya. Dimana yang kaya makin kaya dan yang miskin makin miskin. Salah satu contohnya dibidang perekonomian dan penghasilan.Bagi sebagian orang yang perekonomiannya baik dan penghasilannya memuaskan bukanperkara besar untuk memenuhi segala kebutuhan hidupnya termasuk meneruskan kepada anak-anaknya sedangkanuntuk rakyat kecil yang tak memiliki pekerjaan yang memuaskan dan gaji yang seada nya hal ini menjadi sebuah masalah besar bagi kehidupannya dan anak-anak nya.

“Man jadda waa jadda - siapa yang bersungguh-sungguhpasti akan berhasil”. Saya juga yakin Tuhan akan selalu memberi jalan untuk seseorang yang bersungguh-sungguh didalam nya. untuk menjadi seseorang yang sukses, untuk menjadi seseorang yang maju kedepannya hanya membutuhkan niat dan keyakinan yang kuat serta usaha yang maksimal. Tak harus memulai dengan memakai uang atau fasilitas dari orang tua sendiri, yang terpenting niat dalam hati untuk bersungguh-sungguh melakukannya. pada dasar nya para orang tua yang sekarang sukses atau serba berkecukupan itu juga hasil dari jerihpayah serta kesungguhan dalam usaha mereka dulu.

So, untuk para penerus bangsa, untuk pribadi-pribadi yang menawan yang mempunyai cita-cita dan impian tinggi, untuk para orang-orang yang kurang mampu, jangan berputus asa dalam mengukir kehidupan yang membanggakan, dan selalu ingat Tuhan tidak akan memberikan sesuatu hal yang buruk untuk seseorang yang mau bersungguh-sungguh. Teruskanlah belajar dan menuntut ilmu dimana pun kalian berada, sesungguhnya mencari ilmu itu tidak ada batasannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun