Kemarin setelah bertengkar hebat soal pekerjaan kucampakkan dia,
Semua bermula dari teleponnya kemarin sore, bukan mencari solusi tapi aku merasa teleponnya hanya untuk menyalahkan aku. Aku yang menurutnya tak pernah membantunya, aku yang berubah, Aku yang tidak pernah melakukan tugasku. Yang terakhir inilah yang membuatku begitu marah. Baru sekali ini aku tidak berhasil menahan emosiku terhadap dia.Â
dengan air mata dan suara bergetar aku membela diri tetapi dia memang berubah, dia tak mau mendengarkan aku, mendengarkan kesulitanku. Aku hanya selingkuhannya, seorang wanita yang berada di posisi salah.
Sudah lama aku ingin mengakhirinya, melalui email ini aku mencampakkannya:
Je t'aime, même erronée
Je partage mon cœur pour vous
Je ne pense pas que cela arrivera
vous n'avez pas tort, peut-être je me trompais
non pas parce que je l'aime plus que vous
mais
Mon coeur dit qu'il est meilleur pour moi
parce que vous n'êtes pas le mien
dan dia menjawab
Vous n'avez pas besoin d'esquiver à nouveau ...
Nos relations sont complètes à long
Je n'ai jamais pensé, nous allons finir de cette façon ...
Â
merci ...
Kita resmi berpisah semalam, aku menangis di pelukan kekasih sejatiku yang dengan rela memberikan pundaknya, untuk kekasihnya yang menangisi pria lain.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H