16 Januari 2016 menjadi hari bersejarah bagi masyarakat Taiwan. Pemilihan presiden dan wakilnya. Yang diikuti tiga capres dan tiga cawapres dari tiga partai besar di Taiwan. Pemilihan umum Taiwan dilaksanakan empat tahun sekali. Sebagai orang asing yang mengadu nasib di Taiwan, akupun juga merasakan betapa pesta demokrasi di Taiwan jauh lebih "adem".
Bahkan kampanye yang berlangsung hingga sehari sebelum hari H, selalu berjalan tertib, aman dan tenang. Rakyat Taiwan sangat dewasa dalam berpolitik. Mereka terbuka dalam berpendapat, tetapi tidak norak. Perbedaan berpendapat dan perbedaan berpartai tidak mempengaruhi rasa persatuan mereka. Beradu argumentasi hal wajar, tetapi tidak saling menjatuhkan.
Taiwan tergolong negara bebas. Kesadaran individunya dalam turut menjaga stabilitas nasional negaranya sangat tinggi.Rakyat Taiwan lebih banyak menyimak, mendengar, melihat apapun soal politik dari media. Mereka tidak gampang terprovokasi dengan berita miring. Yang lebih salut lagi, tidak ada kampanye ugal-ugalan. Tidak ada demo mengrusak sana sini.
Apakah karena negara Taiwan begitu kecil? Bukan.
Tapi karena masyarakat Taiwan begitu saling menghargai satu sama lain. Ini ketiga kali aku menyaksikan pesta demokrasi Taiwan (tahun 2000, 2012 dan 2016), dan selalu berjalan aman terkendali.
Walau penghitungan surat suara belum 100% berakhir, tetapi para calon yang sudah merasa tidak terpilih, dengan tegas dan lapang hati menyampaikan pidato, ucapan terimakasih dan permohonan maaf kepada para pendukungnya. Juga ucapan selamat dan dukungan untuk capres yang terpilih.
Harapan rakyat Taiwan tentu sama seperti rakyat Indonesia ketika pemimpin baru terpilih. Semoga membawa perubahan lebih baik untuk rakyat dan negerinya.
Harapan kami para pendatang juga sama. Semoga kedepannya pemerintah Taiwan lebih baik lagi pelayanan dan perlindungan terhadap buruh migran. Karena buruh migran juga membawa kontribusi yang besar untuk kemajuan Taiwan.
台灣加油。
Salam
Taiwan, 17 Januari 2016