Mohon tunggu...
Yuli Zu
Yuli Zu Mohon Tunggu... -

Seorang pembaca, suspect PCOS, dan guru, dan seorang pemimpi.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

[Puisitigapuluhsatuhari] Untukmu Cahaya Mata

31 Desember 2014   23:01 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:04 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14199801461955080072

Tanggal satu
Kembali rasa itu menendang jantungku
Menantimu yang terindu
Dendang sayang bunda menanti
Hadirmu
Dalam sesak satu kata "Bila?"


Tanggal dua
Menahan mimpi dalam doa
Menguntai mohon
Menghela pinta demi pinta
Untuk sebuah jumpa
Denganmu...cahaya mata...

Tanggal Tiga
Melewati waktu detik demi detik
Menit ke menit
Berlalu jam, hari, dan bulan
Bersapa jua tahun dan tahun
Jumpa belum juga waktunya...cahaya mataku

Tanggal empat
Linangan airmata dan senyum kelu
Bertemu dalam ulas
Yang terkadang melibas kesabaran
Bila bertemu dengan sepenggal kalimat...
Mana cahaya matamu?
Bunda pilu dalam sendu

Tanggal lima
Amanah indah, paduan cinta
Gulatan hasrat
Dan, perekat hati
Abadi kami menanti...
Tak bosan dan lekang
Sayangku

Tanggal enam
Sayangku, cahaya mata...terkadang sulit...sulit sekali
Menahan sebak di dalam dada
Ingin akan hadirmu
Mengakumulasi...
Mengukir bongkahan-bongkahan asa...

Tanggal tujuh...
Senyuman dan indah dalam pesona bocah
Lagu tangis ramai memecah buana
Gelak tawa ringkimu cahaya mataku... genap menggema di pondok kecil kita
Namun...ternyata hanya penggal mimpi
Yang tak teraba nyatanya

Tanggal Delapan
Cahaya mataku..
Tertebar makna melimpah ruah
Menempa sabar dan juang
Kuasa Tuhan atas badan dengan sepenggal ruh

Tanggal sembilan
Semburat mentari merah merona menghangatkan buana
Menerpa batin merindu tiba, buah hati kami
Penantian tak berujung
Tak bertepi
Tak berlelah
Tak menyerah
Hingga taqdir berkata
Segenap jiwa ayahbunda berdoa
Agar engkau ada...

Tanggal sepuluh
Seketika badai memapas
Menggoyah qalbu
Seuntai tanya,
"Adakah masa itu?"
Masa engkau dirahim bunda, lahir, sayangku...

Tanggal sebelas
Dalam setiap tarikan nafas
mencoba mengabai
melenggang berdamai dengan taqdir
tapi tak kuasa
butiran-butiran rindu
memenuhi ruang khayal
akal
hati
dan setiap darah bunda
Bilakah engkau dititipkan, hai amanah indah?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun