Saya akan menceritakan sedikit pengalaman dulu waktu itu pernah menyempatkan diri duduk di bangku SMA kala itu ada seorang Guru, yang kelihatanya biasa-biasa saja, sosoknya sederhana, dermawan sangat dekat denganya siswanya suatu ketika, beliau memberikan tugas bagi kami yaitu setiap siswa dikelasnya turun dan pergi mengamati sepanjang trafik light dan jalanan di Biak, sekalian tugas ini dijadikan sebagai tugas akhir penilaian dikelasnya. kehadiran Tugas ini bagi saya terbilang sangat Unik mengapa demikian ? mau dibilang di luar konteks pembelajaran di kelas, bisa iya. Ataukah sekedar iseng guru terhadap siswanya ataukah ada pesan tersirat yang sebenarnya ingin disampaikan kepada setiap siswanya ? bahkan sempat ku pikirkan kok ada seorang Guru biologi memberikan tugasnya kok unik untuk siswanya mengamati sepanjang light trafik dan jalanan di Biak kan aneh ? seharusnya mengamati perkembangan dan pertumbuhan kecambah misalnya. Oh Iya saya hampir lupa perlu kalian ketahui bahwa Biak merupakan salah satu pulau kecil yang terletak di teluk cendrawasih berdekatan dengan utara pesisir Provinsi Papua, Indonesia.
Baik kita Kembali lagi, jadi Tugasnya kita dimintai mencari 10 dengan berbagai macam latar belakang dan profesi yang berbeda pada anak putus sekolah  dan menanyakan kepada mereka apa alasan dari mereka sampai putus sekolah atau tidak sekolah ? kemudian di laporkan ke Dinas Pendidikan terdekat. Kami mendapatkan respon dan tanggapan positif yang cukup bagus, hasilnya 10 anak tadi  kini di sekolahkan gratis, mendapatkan bantuan berupa tas, pakaian seragam, buku tulis, buku pelajaran dan bahkan uang saku.Â
Peristiwa ini membuat saya turut cukup senang dari kelas nya, banyak hal berharga yang dapat kita petik bukan hanya tentang Pendidikan di kelas tapi tentang kehidupan sosial dan pemahaman tentang masalah Pendidikan yang saat ini terjadi.
Tapi, ada tetapinya rasa senang kami Kembali diguyur dengan kesedihan , setelah berjalan 6 bulan rupanya 10 anak tadi turun menjadi 5 mengalami penurunan lagi menjadi 3 yang lulus sekolah hanya 2 bagaimana dengan yang lainnya, kemana mereka perginya ?
Ternyata mereka Kembali ke light trafik dan jalanan cari-cari uang receh di jalanan. Pada saat mereka ditanya mengapa Kembali ke Jalan. Bukanya kalian dulunya tidak sekolah karena masalah biaya, sekarang kami sudah bantu semuanya. Kenapa kalian ?
Respon mereka dengan singkat : Lebih banyak dapat uang di jalanan daripada bersekolah.
Mengapa demikian ?
Kesimpulannya sangat sederhana bahwa ternyata anak-anak yang putus sekolah bukan hanya tentang factor ekonomi saja, ada hal lain yang lebih mendasar saudara-saudara yakni: Faktor kesadaran, bukan tentang kesadaran individu tapi kesadaran kolektif secara penuh.Â
Dalam rentang jangka waktu pendek memang mencari uang dijalanan lebih menguntungkan. Kesadaran seperti ini masih sangat minim terhadap pentingnya ilmu pengetahuan, kesadaran tentang Pendidikan, kesadaran membaca, kesadaran menulis.
Apakah bangsa ini masih tidur pulas ? apabila sudah bangun mungkin masih setengah sadar. Maka harus dibangunkan dan disadarkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H