Mohon tunggu...
Yulius Evan Christian
Yulius Evan Christian Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Farmasi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya

Saya adalah seorang dosen farmasi yang aktif dalam tridharma perguruan tinggi, dengan fokus di bidang teknologi farmasi dan penelitian bahan alam. Selain itu, saya juga produktif menulis artikel kesehatan di media massa, mengedukasi masyarakat melalui tulisan informatif yang relevan dengan isu-isu terkini di dunia farmasi dan kesehatan.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Intermittent Fasting : Solusi Sehat atau Sekedar Tren ?

11 Desember 2024   12:00 Diperbarui: 11 Desember 2024   11:17 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Ilustrasi Intermitten fasting, Sumber : Shutetrstock)

"Bukan hanya tentang menunda makan, tetapi memahami cara tubuh bekerja dengan lebih baik."


Intermittent fasting (IF) atau puasa berselang kini menjadi salah satu metode diet yang menarik perhatian banyak orang. Dengan klaim seperti penurunan berat badan, peningkatan energi, hingga perpanjangan umur, pola makan ini terus menuai popularitas. Tapi, apakah benar IF adalah solusi sehat untuk semua orang ? Mari kita bahas lebih lanjut.

Apa Itu Intermittent Fasting?
"Makan pada waktunya, puasa dengan strategi."
Intermittent fasting adalah pola makan yang mengatur periode makan dan puasa dalam satu hari atau minggu. Metode ini terbagi menjadi beberapa jenis, seperti:
*16/8: Puasa selama 16 jam, makan dalam jendela waktu 8 jam.
*5:2: Lima hari makan seperti biasa, dua hari membatasi asupan kalori.
*Eat-Stop-Eat: Puasa penuh selama 24 jam, sekali atau dua kali seminggu.
Tujuan utama IF adalah memberikan waktu istirahat pada sistem pencernaan dan mendorong tubuh memanfaatkan cadangan energi, terutama lemak.

Manfaat Utama Intermittent Fasting
"Tidak hanya tentang apa yang dimakan, tetapi kapan tubuh diberi kesempatan untuk beristirahat."
1.Meningkatkan Metabolisme Selama fase puasa, tubuh beralih menggunakan lemak sebagai sumber energi, sehingga efektif membakar kalori.
2.Mengatur Gula Darah Puasa dapat meningkatkan sensitivitas insulin, mengurangi risiko diabetes tipe 2.
3.Mendukung Kesehatan Otak IF memicu produksi brain-derived neurotrophic factor (BDNF) yang membantu daya ingat dan melindungi otak dari penyakit degeneratif.
4.Mendorong Proses Detoksifikasi Tubuh memulai autophagy, proses alami untuk membersihkan sel-sel rusak dan memperbaiki jaringan.


Risiko yang Perlu Dipertimbangkan
"Tidak semua metode cocok untuk semua orang."
Walaupun memiliki banyak manfaat, IF juga memiliki risiko, terutama jika dilakukan tanpa pengawasan:
*Kelelahan: Tubuh membutuhkan waktu untuk beradaptasi, sehingga energi bisa menurun.
*Gangguan Pencernaan: Pola makan terbatas dapat memicu masalah lambung, seperti maag.
*Kecenderungan Makan Berlebihan: Saat jendela makan terbuka, beberapa orang sulit mengontrol asupan.
*Gangguan Hormonal: Wanita perlu berhati-hati karena puasa berlebihan dapat memengaruhi siklus menstruasi.
IF juga tidak direkomendasikan untuk ibu hamil, menyusui, atau penderita gangguan makan tanpa konsultasi dokter.

Tips Sukses Melakukan Intermittent Fasting
1.Mulai Perlahan Gunakan pola ringan seperti 12/12 sebelum mencoba metode intensif.
2.Fokus pada Nutrisi Pastikan asupan makanan seimbang, kaya protein, serat, dan lemak sehat saat jendela makan.
3.Tetap Terhidrasi Minum cukup air selama puasa untuk mendukung metabolisme.
4.Dengarkan Tubuh Jika merasa tidak nyaman, evaluasi kembali pola yang digunakan.
5.Konsultasi dengan Profesional Sebelum memulai IF, diskusikan dengan ahli gizi atau dokter untuk menyesuaikan metode dengan kondisi tubuh.

Apakah IF Cocok untuk Semua Orang?
"Tidak ada pola makan yang sempurna, hanya yang sesuai dengan kebutuhan tubuh Kita."
Intermittent fasting bukan solusi instan atau cocok untuk semua orang. Namun, jika dilakukan dengan tepat, IF dapat menjadi alat untuk meningkatkan kesehatan dan kebugaran. Ingat, kunci utamanya adalah mendengarkan tubuh dan memilih metode yang dapat dijalani secara berkelanjutan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun