Mohon tunggu...
Yulius Solakhomi Wau
Yulius Solakhomi Wau Mohon Tunggu... Guru - Gratias Deo

Catholic Religion Teacher and Pastoral Ministry Agent

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kemunafikan Sosial di Era Modern

15 Oktober 2024   06:07 Diperbarui: 15 Oktober 2024   06:09 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam Injil Lukas 11:37-41, Yesus mengkritik orang Farisi yang sangat memperhatikan penampilan luar, seperti mencuci cangkir dan piring, namun mengabaikan hal-hal yang lebih penting seperti keadilan, belas kasihan, dan kesetiaan. Ayat ini menggarisbawahi pentingnya memiliki hati yang murni dan tindakan yang tulus, bukan sekadar penampilan yang baik. Pertanyaannya adalah, sejauh mana masyarakat modern masih terjebak dalam pola kemunafikan sosial yang sama?

Jika kita bandingkan dengan masyarakat masa lalu, kemunafikan sosial mungkin memiliki bentuk yang berbeda namun esensinya tetap sama. Di era modern, kemunafikan sering kali terwujud dalam bentuk pencitraan diri di media sosial. Orang-orang cenderung menampilkan versi terbaik dari diri mereka, menyaring segala kekurangan dan ketidaksempurnaan. Hal ini menciptakan ilusi bahwa semua orang hidup bahagia dan sukses, padahal kenyataannya tidak selalu demikian.

Media sosial telah menjadi panggung bagi pertunjukan individual. Platform-platform ini memungkinkan kita untuk mengontrol bagaimana orang lain melihat kita. Namun, di balik layar, banyak orang merasa tertekan untuk terus menjaga citra yang sempurna. Ketakutan akan penilaian negatif mendorong mereka untuk menyembunyikan sisi gelap dari diri mereka. Akibatnya, muncullah generasi yang terobsesi dengan penampilan luar dan kurang peduli dengan pengembangan diri yang sejati.

Generasi muda, yang tumbuh di era digital, tampaknya lebih rentan terhadap kemunafikan sosial. Mereka dibombardir dengan citra-citra ideal tentang kecantikan, kesuksesan, dan gaya hidup yang mewah. Tekanan untuk "fit in" dan diterima oleh kelompok sebaya mendorong mereka untuk berpura-pura menjadi orang yang bukan diri mereka sebenarnya.

Masyarakat modern sangat kompetitif. Tekanan untuk sukses dalam karier, memiliki hubungan yang sempurna, dan mencapai status sosial tertentu mendorong banyak orang untuk berpura-pura menjadi lebih baik daripada yang sebenarnya. 

Nilai-nilai materialistik dan konsumerisme juga berkontribusi pada kemunafikan sosial. Orang-orang seringkali mengukur keberhasilan mereka berdasarkan kepemilikan materi, sehingga mereka rela berutang atau hidup di atas kemampuan finansial demi menjaga penampilan yang kaya.

Lunturnya nilai-nilai agama dan moral dalam masyarakat modern dapat melemahkan fondasi etika dan integritas. Tanpa pedoman moral yang kuat, orang cenderung lebih mementingkan kepentingan pribadi daripada kepentingan bersama.

Kemunafikan sosial dapat menyebabkan stres, kecemasan, dan depresi. Orang yang terus-menerus berpura-pura menjadi orang lain akan merasa tidak puas dengan diri sendiri dan kesulitan membangun hubungan yang tulus. Kemunafikan sosial dapat merusak kepercayaan dalam kelompok. Ketika orang tidak jujur satu sama lain, sulit untuk membangun hubungan yang kuat dan saling mendukung.

Dalam skala yang lebih besar, kemunafikan sosial dapat merusak tatanan sosial dan politik. Ketika pemimpin dan tokoh publik tidak jujur, kepercayaan masyarakat terhadap institusi akan menurun.

Demi mencegah dan mengatasi kemunafikan sosial, anak-anak perlu diajarkan tentang pentingnya kejujuran, integritas, dan empati. Pendidikan karakter harus menjadi bagian integral dari kurikulum sekolah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun