Mohon tunggu...
Yulius Solakhomi Wau
Yulius Solakhomi Wau Mohon Tunggu... Guru - Gratias Deo

Catholic Religion Teacher and Pastoral Ministry Agent

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Ekaristi, Sakramen yang Menyatukan

28 Mei 2024   05:23 Diperbarui: 28 Mei 2024   05:33 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Perjamuan Malam Terakhir Yesus dan Murid-murid-Nya (desain penulis)

Ekaristi adalah salah satu sakramen penting dalam Gereja Katolik, yang dianggap sebagai pusat dan puncak kehidupan Kristiani. Sakramen ini tidak hanya merupakan perayaan liturgis tertinggi, tetapi juga sarana utama untuk menyatukan umat beriman dalam tubuh mistik Kristus. Melalui Ekaristi, umat Katolik percaya bahwa mereka menerima Tubuh dan Darah Kristus yang nyata, yang memperdalam hubungan mereka dengan Tuhan dan sesama.

Asal-usul Ekaristi dapat ditelusuri kembali ke Perjamuan Terakhir yang diadakan oleh Yesus Kristus bersama para murid-Nya sebelum penyaliban-Nya. Dalam Injil Matius 26:26-28, Yesus mengambil roti, memberkatinya, memecahkannya, dan memberikannya kepada murid-murid-Nya seraya berkata, "Ambillah, makanlah; inilah tubuh-Ku." Kemudian, Ia mengambil cawan, mengucap syukur, dan memberikannya kepada mereka, seraya berkata, "Minumlah, kamu semua, dari cawan ini. Sebab inilah darah-Ku, darah perjanjian, yang ditumpahkan bagi banyak orang untuk pengampunan dosa." Tindakan ini kemudian menjadi dasar dari perayaan Ekaristi yang diperingati oleh umat Katolik di seluruh dunia.

Pandangan teologis mengenai Ekaristi telah dikembangkan oleh para Bapa Gereja dan teolog sepanjang sejarah. Santo Agustinus, misalnya, menganggap Ekaristi sebagai sakramen kasih yang mempersatukan umat beriman dalam tubuh Kristus. Dalam "Confessiones", ia menulis bahwa Ekaristi adalah wujud konkret dari cinta kasih Tuhan yang mengikat umat beriman menjadi satu komunitas yang erat. Santo Tomas Aquinas dalam "Summa Theologica" juga menekankan pentingnya Ekaristi sebagai sarana untuk memperoleh rahmat dan kekudusan, serta sebagai tanda nyata dari kehadiran Tuhan di tengah umat-Nya.

Makna Ekaristi dalam Gereja Katolik tidak dapat dipisahkan dari konsep transubstansiasi, yang dijelaskan dalam Konsili Trente. Menurut konsili ini, substansi roti dan anggur berubah menjadi tubuh dan darah Kristus, sementara aksiden atau penampakan luar tetap sama. Doktrin ini menegaskan bahwa Ekaristi bukan sekadar simbol, melainkan realitas spiritual yang nyata. Oleh karena itu, perayaan Ekaristi adalah momen sakral di mana umat beriman benar-benar bersatu dengan Kristus.

Selain itu, Ekaristi juga memiliki dimensi eskatologis yang signifikan. Perayaan ini dianggap sebagai antisipasi dari perjamuan surgawi yang akan datang, di mana umat beriman akan bersatu dengan Kristus dalam kebahagiaan kekal. Dokumen Gereja seperti "Sacrosanctum Concilium" dari Konsili Vatikan II menekankan bahwa Ekaristi adalah "sumber dan puncak seluruh kehidupan Kristiani," yang memberikan kekuatan dan arah bagi perjalanan spiritual umat beriman.
Dalam konteks sosial, Ekaristi juga memiliki implikasi yang luas. Paus Benediktus XVI dalam ensiklik "Caritas in Veritate" menekankan bahwa Ekaristi mengajak umat beriman untuk mewujudkan kasih Tuhan dalam tindakan nyata, terutama dalam pelayanan kepada sesama yang membutuhkan. Dengan demikian, Ekaristi bukan hanya pengalaman rohani, tetapi juga panggilan untuk terlibat dalam transformasi sosial yang berlandaskan kasih dan keadilan.
Secara keseluruhan, Ekaristi adalah sakramen yang menyatukan umat beriman dalam tubuh mistik Kristus, memperdalam hubungan mereka dengan Tuhan, dan mengarahkan mereka untuk hidup dalam kasih dan pelayanan kepada sesama. Melalui perayaan Ekaristi, umat Katolik diundang untuk mengalami kehadiran Tuhan yang nyata dan untuk menjadi saksi kasih-Nya di dunia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun