Kesetiaan adalah kekayaan termulia di dalam kalbu manusia. Demikianlah kata Seneca, seorang filsuf dan negarawan Romawi yang hidup dalam zaman perak sastra Latin.
Semua orang pasti punya pandangan yang berbeda-beda mengenai kesetiaan, minimal tentang indikator atau ukuran kesetiaan itu sendiri. Demikian juga halnya dengan pengalaman tentang kesetiaan.Â
Setiap orang memiliki berbagai pengalaman yang berbeda. Ada orang yang selalu setia, ada yang kadang setia, ada yang tidak setia, bahkan ada pengkhianat.
Bagi saya, kesetiaan adalah suatu kualitas karakter. Kesetiaan menjadi cermin dari karakter seseorang. Jika seseorang berkarakter baik, dia akan selalu setia dan tidak mengecewakan.Â
Sebaliknya, orang-orang yang tidak setia berarti karakternya perlu dibina. Mereka adalah orang-orang yang plin-plan dan tidak bertanggung jawab. Lagi pula, jika kita saling setia maka relasi dengan sesama akan semakin kuat dan berkembang ke arah yang lebih baik.
Tuhan sendiri menuntut kesetiaan. Kesetiaan lebih dari semua pemberian dan persembahan kita. Tuhan sendiri terlebih dahulu setia kepada kita dan tidak pernah mengingkari janji-Nya. Â
Demikian juga halnya dalam relasi kita sehari-hari. Kesetiaan selalu melibatkan dua pihak yang saling berinteraksi. Banyak hubungan yang  hancur karena tidak adanya kesetiaan. Keluarga, persahabatan, organisasi, karir bahkan lembaga kerohanian pun bisa hancur akibat tidak setia.Â
Kesetiaan hanya bisa diwujudkan dengan pengabdian. Kesetiaan bukanlah perkara kewajiban. Kesetiaan adalah sejumput kemauan dalam diri untuk memberikan diri secara total.Â
Kesetiaan tidak harus pada hal-hal yang spektakuler dan wow... kesetiaan pada perkara kecil dimulai dari hal-hal kecil dan sederhana.
Yesus sendiri bersabda: Â
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!