Jernih menenangkan batinku
Sejuk menusuk ke tulangku
Riak gelombang sungguh bersahabat
Adem seperti senyum bunda
Asrimu memikat kalbu
setiap mata memandang
hati menjadi bergelora
gelora cinta penuh kelembutan
selembut belaian bunda
Dari jauh terdengar samar
dari dekat terpandang jelas
anak desa menggores kisah
untuk dikenang di hari tuanya
Bersamamu terlukis sejuta kenangan
hari-hari dahulu selalu bersamamu
mandi, mancing, dan bermain
canda, tawa dan senym kebahagiaan
Bagiku kau bukan sekedar sungai
kau bukan pula sekedar riak gelombang
kau sahabat sejak masa kecilku
Kita kini terpisah bukan karena jarakÂ
ramahmu dahulu tak terlihat lagi
senyummu dulu kok jadi cemberut?
Oh sahabat masa kecilku...
kini kamu sangat memprihatinkan
bau, kotor, penuh kuman dan bakteri
kini tubuhmu dihiasi sampahÂ
engkau tak seramah dulu
Sahabatku...
marahkah engkau sehingga mendatangkan bencana?
sampai kapan keu jadi momok yang menakutkan?
Hatiku sedih dan gundah gulana
yang salah siapa?
Aku tau, kau hanyalah korban kekejaman kaumku
Asrimu dulu pudar oleh kaumku
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H