Kuliah Kerja Nyata atau yang bisa disebut dengan KKN merupakan bentuk implementasi dari Tri Dharma Perguruan tinggi yang lebih tepatnya pada aspek pengabdian terhadap masyarakat. KKN sendiri dapat dimaknai sebagai proses pembelajaran bagi mahasiswa yang dilakukan dengan cara terjun langsung di tengah masyarakat dengan tujuan pembelajaran terhadap mahasiswa dan memberikan kebermanfaatan bagi masyarakat yang dalam hal ini adalah masyarakat yang menjadi subjek dalam pelaksanaan KKN. Pelaksanaan KKN ini juga bisa membangun soft skill dan hard skill bagi mahasiswa karena mahasiswa tidak hanya belajar untuk menyelesaikan masalah, namun mahasiswa juga belajar untuk bisa membaur dan menyatu dalam masyarakat karena esensi pengabdian akan dirasa kurang jika tidak diimbangi dengan kebersatuan antara peserta KKN dan subjek yang memiliki keterkaitan dengan pelaksanaan KKN.
Program KKN Tematik Universitas Jember tahun 2021/2022 Â dilaksanakan selama 35 hari yang mana dimulai pada tanggal 20 Juli sampai dengan 24 Agustus tahun 2022 yang dilaksakan di Kabupaten Situbondo, Bondowoso, Lumajang, dan Pasuruan. Untuk pelaksaan KKN di Kabupaten Jember sendiri dilaksakan di tanggal yang berbeda namun pada bulan yang sama. Untuk Kabupaten Situbondo sendiri, mahasiswa diterjunkan pada sepuluh kecamatan yang ada di Kabupaten Situbondo.Â
Kegiatan KKN diawali dengan pembekalan yang dilakukan oleh LP2M Universitas Jember yang kemudian dilaksanakan Upacara Pelepasan bagi mahasiswa KKN yang diterjunkan diluar Kabupaten Jember pada tanggal 20 Juli 2022. Setelah acara pelepasan, mahasiswa  mulai menuju Kecamatan penerjunan masing-masing lalu dilakukan Penyambutan di masing-masing Kecamatan tujuan. Untuk penerjunan di Kecamatan Besuki, acara penyambutan dilaksanakan di Aula Kecamatan Besuki yang dihadiri oleh perwakilan dari pihak Kecamatan Besuki, Polsek Besuki, Koramil Besuki, Dosen Pembimbing Lapangan (DPL), dan mahasiswa peserta KKN.
Pada pembagian kelompok KKN ini, penulis menjadi bagian dari kelompok 400 yang didalamnya terdiri dari sepuluh mahasiswa dan satu orang DPL yaitu Dr. Rondhianto, S.Kep., Ns., M.Kep. KKN dilaksanakan di Desa Pesisir, Kecamatan Besuki, Situbondo. Desa Pesisir merupakan desa yang berada di Kecamatan Besuki, Situbondo yang berletak di pesisir pantai utara Jawa. Desa Pesisir dipimpin oleh Kepala Desa yaitu Bapak Ahmadi yang didukung oleh seluruh perangkat desa dan tokoh masyarakat setempat. Tugas Bapak Ahmadi ini juga didukung oleh enam Kepala Dusun atau biasa disebut Pak Kampong yang membawahi dusun Lasanan Lor, Lasanan Kidul, Petukangan, Krajan, Gudang, dan Dusun Mandaran.Â
Keberadaan Desa Pesisir yang berada di daerah pesisir pantau utara Jawa ini memiliki potensi sekaligus tantangan bagi Pemerintahan Desa. Dengan letak geografis ini, hampir secara otomatis penduduk Desa Pesisir menggantungkan hidupnya dari sumber daya yang dihasilkan oleh laut. Warga Pesisir mayoritas bekerja sebagai nelayan, produksi olahan ikan, dan menjadi penjual ikan dalam ranah lokal masyarakat Besuki atau luar Kabupaten Situbondo. Salah satu olahan berbahan dasar ikan yang terkenal dari Desa Pesisir adalah Kotel. Kotel adalah makanan olahan yang berbahan dasar ikan yang ditambahkan dengan tepung kanji, bawang putih, dan bumbu dapur lainnya. Kotel merupakan bahan dasar dari olahan krupuk ikan yang belum melewati tahap pengeringan dan penggorengan. Kotel cocok dihidangkan dengan petis khas Besuki.Â
Nelayan Desa Pesisir dapat dikatakan sebagai salah satu kelompok nelayan besar karena bisa mendapatkan hasil ikan yang cukup banyak meskipun menggunakan kapal yang relatif tidak begitu modern. Ikan dari nelayan Desa Pesisir juga diminati oleh pasar karena kualitasnya yang baik karena perairan sekitar laut pesisir yang tidak begitu banyak terdapat terumbu karang. Hasil tangkapan ikan pun dijual di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Desa Pesisir, Besuki. Tangkapan ikan nelayan pun cukup melimpah dan kemungkinan menurun hanya terjadi di bulan Juli dan Agustus dan hal ini terjadi hampir setiap tahun.
Selain potensi, Desa Pesisir memiliki tantangan yang hampir sama dengan kawasan pesisir lainnya, yaitu permasalahan sampah. Keberadaan sampah hampir di tiap daerah pesisir nampaknya nyaris menjadi permasalahan utama karena keberadaannya yang dekat dengan muara sungai menjadikannya mendapatkan kiriman sampah dari daerah yang lebih tinggi.Â