"Kalau sudah besar nanti, kamu mau jadi apa?"
"Saya mau jadi dokter!"
"Kalo saya ingin jadi pilot!"
"Jadi insiyur!"
"Ilmuwan!"
....
Percakapan sederhana ini sering terjadi di mana-mana. Tampaknya anak-anak kecil begitu antusias ketika ditanya tentang cita-citanya. Tentu sang penanya pun akan ikut senang mendengar impian anak-anak tersebut, meskipun terdengar agak klise di telinganya. Setidaknya, anak-anak sudah mulai mereka-reka tentang kehidupan yang baik bagi dirinya kelak.
Sayangnya, angan-angan tersebut sering menguap begitu saja karena tidak terarahkan dengan baik. Ketika beranjak dewasa, impian tersebut kandas. Sebetulnya wajar bila kita mengubah impian, tapi menjadi ironis ketika sebagian besar orang bekerja karena terpaksa. Mengapa? Karena pendidikan yang dienyam tak selaras dengan pekerjaan yang digarap. Akhirnya mereka memilih pekerjaan tertentu seolah-olah tak ada pilihan lain.
Tegangan yang Permanen
Di sinilah kita berjumpa dengan tegangan abadi antara dunia pendidikan dan dunia kerja. Sederhananya, dunia pendidikan menghidupkan impian, harapan, dan cita-cita akan yang ideal. Lain halnya dengan dunia pekerjaan yang melukiskan kenyataan hidup dengan segenap seluk-beluk persoalannya.
Kalau begitu, manakah yang perlu kita utamakan: dunia pendidikan atau dunia pekerjaan? Justru persoalan makin pelik ketika kita mengutamakan yang satu di atas yang lain. Ketika mengutamakan dunia pendidikan, kita cenderung menjerumuskan manusia dalam imajinasi tanpa pijakan yang membumi. Demikian pula sebaliknya, ketika dunia pekerjaan diunggulkan, manusia cenderung tak pernah puas atau menjadi tak terkendali di hadapan pengaruh uang (modal/materi).
Dengan demikian, menghidupi tegangan antara dunia pendidikan dan dunia kerja adalah suatu keniscayaan. Tegangan inilah yang membuat manusia menyadari kemanusiaannya dan membedakan dengan mahkluk lainnya. Ia punya kebebasan untuk menghidupi impiannya sekaligus dituntut untuk menjawab berbagai persoalan dalam kehidupan sehari-harinya alias bekerja.
Karena itulah kita perlu mengenalkan gambaran yang utuh mengenai dunia pekerjaan sejak dini. Caranya adalah dengan mengenalkannya di tingkat pendidikan dasar yang terintegrasi dengan kurikulum pendidikan. Anak-anak dikenalkan dengan berbagai macam profesi mulai dari manajer, dokter, pegawai negeri, tentara, wartawan, seniman, buruh, dan sebagainya.
Mewujudkan Impian
Berbagai macam profesi yang dikenalkan pada anak-anak akan memperkaya imajinasi mereka sekaligus mengajarkan mereka untuk menghargai tiap profesi. Tidak hanya itu, penggambaran suka dan duka suatu profesi yang apa adanya akan membentuk cara pandang anak-anak secara utuh.
Metodenya tentu dapat kita kemas secara kreatif dan populer. Misalnya, orang tua murid dapat terlibat sebagai narasumber untuk menceritakan profesinya pada jam-jam sekolah. Atau, anak-anak juga dapat diajak untuk mengunjungi berbagai instansi sebagai proses pembelajaran terpadu, seperti rumah sakit, perusahaan, bank, kantor redaksi pers, dan lain-lain.