Kehidupan di perantauan sungguh sangat berbeda dengan kehidupan di rumah. Jauh dari orangtua, keluarga, dan kerabat, menuntut kita agar bisa hidup mandiri. Dengan segala keterbatasan yang kita miliki di perantauan, seperti terbatasnya moril dan materiil yang terkadang membuat kita merasa sedih dan tak ingin jauh dari rumah (kampung halaman). Namun, dewasa ini kita ditantang oleh keadaan agar tak lagi terlena dan terbuai di zona nyaman.
Alih-alih membicarakan materiil yang serba kurang di perantauan, membuat saya tertarik untuk membahas situasi tersebut dengan keadaan di zaman sekarang ini, dimana dunia semakin berkembang dan kehidupan semua orang dituntut untuk trendi dan moderen. Hingga saat ini kehidupan trendi adalah hal yang lumrah, itu artinya banyak orang di luar sana yang mengikuti kehidupan trendi. Namun siapa sangka, hal tersebut membuat kebanyakan orang menjadi lebih konsumtif. Begitu pula yang terjadi di kalangan anak kos. Hal ini tentunya berdampak negatif karena lebih merugikan dan sedikit menguntungkan. Gaya hidup konsumtif dapat memunculkan sebuah ideologi yang dinamakan Konsumerisme, istilah ini mungkin terdengar asing. Lalu apa itu Konsumerisme? Konsumerisme adalah paham untuk membeli dan memakai barang produksi secara berlebihan, mengutip dari katada.co.id. seperti yang kita ketahui, segala sesuatu yang berlebihan tidaklah baik, begitu sama halnya dengan budaya konsumersime yang bisa mempengaruhi seseorang menjadi boros, rakus, ambisius dan rasa tak puas, bahkan dapat memicu tekanan sosial lainnya. Â
Sebagai anak kos, harus pintar dan cermat dalam menanggulangi fenomena-fenomena seperti disebutkan di atas. Menerapkan gaya hidup Minimalis adalah salah satu cara terampuh untuk menghindari perilaku konsumtif. Nampaknya istilah minimalisme saat ini bukanlah hal yang tabu, penulis menemukan beberapa influencer yang menerapkan gaya hidup minimalisme. Namun jauh sebelum munculnya para influencer seperti sekarang ini, gaya hidup minimalisme sudah dilakukan sejak ribuan tahun lalu. Lalu apa makna kata Minimalisme?. Menurut Fumio Sasaki, minimalis adalah orang yang tidak bisa membedakan kebutuhan dan keinginan-keinginan karena ingin menampilkan citra tertentu, serta tidak takut untuk mengurangi benda-benda yang termasuk keinginan (Fumio Sasaki, 2015:15). Sedangkan menurut KBBI, minimalis adalah berkenaan dengan penggunaan unsur-unsur yang sederhana dan terbatas untuk mendapatkan efek atau kesan yang terbaik. Tak banyak ilmuwan yang membahas perihal ini, namun penulis memaknai kata Minimalisme sebagai gaya hidup dengan meminimalisir, mengurangi benda-benda atau barang-barang yang tidak berguna.
Penerapan gaya hidup minimalis dalam ranah perantauan, membuat kita sebagai anak kos mampu menghemat uang bulanan, terhindar dari sifat konsumtif, rakus, serta rasa tak pernah puas. Tak hanya itu, gaya hidup minimalis juga memberikan dampak positif lainnya seperti kenyamanan kondisi "rumah" karena tidak banyak barang.Â
Fumio Sasaki (2015:5) menyebutkan bahwa dengan mempunyai lebih banyak barang akan menghabiskan lebih banyak waktu dan energy untuk mengelola dan mempertahankan benda yang kita miliki. Bahkan dengan membawa banyak barang ternyata menjadi pemicu stress. Hal tersebut relate sekali dengan kehidupan, terlebih kehidupan anak kos yang kebanyakan dari mereka menempati sepetak ruangan yang kecil nan sempit sehingga tidak memungkinkan untuk menyimpan banyak barang di dalamnya. Namun karena ego dan hawa nafsu, terkadang kita tak mampu mengendalikannya sehingga terjerumus untuk membeli banyak barang, mulai dari barang-barang yang menjadi kebutuhan hingga barang-barang yang hanya menjadi keinginan saja. Maka berikut ini penulis bagikan beberapa tips yang bisa dilakukan untuk menerapkan gaya hidup minimalisme:
- Pilah dan pilih barang yang manfaatnya lebih banyak
- Jangan membeli lagi barang yang memiliki nilai atau fungsi yang sama
- Jangan menuruti ego. Saat hendak membeli sesuatu maka ingatlah apakah hal tersebut akan bermanfaat atau tidak. Jika tidak terlalu bermanfaat atau bahkan tidak dibutuhkan, jangan dibeli
- Rawat dan jaga barang-barang yang ada
- Usahakan membeli barang yang memiliki kualitas tinggi, sehingga diharapkan barang tersebut lebih tahan lama.
- Bijak dan cermat mengatur pengeluaran uang
- Tidak menimbun barang
- Barang yang sudah tak terpakai jangan dibuang begitu saja, lebih baik masukkan bank sampah
- Sisihkan uang untuk ditabung
- Utamakan fungsi daripada gengsi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H