Namanya adalah Atika Zahra Latifa, sering di panggil Atika. Anak perempuan siswa kelas dua di Sekolah Dasar Negeri  tempat saya mengajar. Atika adalah anak yang pendiam namun selalu tersenyum tipis kepada siapa saja yang bersamanya dan termasuk anak yang pemalu dan pendiam. Dia merupakan anak pertama dari dua bersaudara, kedua orang tuanya  adalah seorang petani.Â
Saat pertama kali mengajar dikelas dua, dia biasa-biasa saja sama dengan murid yang lainnya, namun yang membuat saya tertarik untuk saya jadikan artikel disini adalah kebiasaan antar jemput oleh ibunya dengan berjalan kaki, dimana jarak tempuhnya meskipun tidak begitu jauh sekali namun cukup melelahkan bagi seorang ibu untuk bisa menemani sampai ke sekolah. Hal ini sudah menjadi kebiasaan yang justru tanpa beban, dilakukan meskipun karena keadaan tidak adanya kendaraan. Ibunya dengan penuh kasih sayang dan Atika dengan senang hati ditemani tanpa ada rasa kurang percaya diri, berjalan setiap pagi.Â
Suatu pagi ketika saya mengantar anak saya ke Sekolah Menengah Pertama yang sejalan dengan arah Atika berjalan, tak sengaja bertemu dengan ibu hebat ini bersama Atika, langsung saja saya minta ijin untuk mengambil fotonya sebagai rasa salut saya kepada ibu dan anak ini berjalan kali ketika dunia saat ini sudah seperti ini. Dunia dimana banyak sekali, anak-anak yang sudah enggan ditemani orang tua berjalan kaki , tanpa malu dengan keadaan yang mungkin bagi yang lain adalah hal yang justru membebani.
Atika dengan semangat dan senyum cerianya selalu pulang pergi kesekolah bersama ibunya, dan lagi-lagi kebiasaan yang kadang sudah mulai jarang, berjabat tangan ketika hendak masuk gerbang untuk sekedar berpamitan seorang ibu dan anaknya menimba ilmu. Atika yang memiliki etika yang patut kita puja. Etika yang zaman ke zaman mulai berkurang dan enggan dilakukan.
Terkadang saya haru, saat saya menawarkan membonceng ibu dan anak ini, dengan sopan menolak dan terus ingin berjalan. Atika memiliki kegemaran bersepeda walau mungkin dia tak memilikinya. Dan menjadi kebanggan bagi saya, ketika saya tanya Atika , apa pelajaran kesukaannya adalah Bahasa Inggris. Saya tersenyum, sebab hal itu berarti dia suka pula dengan cara mengajar saja yang mana saya juga suka akan anak-anak kecil. Makanan kesukaannya adalah nasi goreng dan dia bercita-cita ingin menjadi Guru.
Hati saya spontan berdoa, semoga suatu saat nanti apa yang menjadi impiannya terwujud, sebagai bentuk baktinya kepada kedua orang tuanya , khususnya ibunya yang dengan gigih dan kasih sayangnya berjuang, berdoa dan antar jemput dengan berjalan kaki.
Sampai disini dulu kisah Atika ini, lain waktu kita lanjut kembali.Â
Semoga Atika kecil suatu saat bisa tumbuh dewasa menjadi Atika remaja yang lebih ceria dan bahagia. Aamiin.