Mohon tunggu...
Yulianingsih Siswoyo
Yulianingsih Siswoyo Mohon Tunggu... -

Suka membaca dan baru belajar menulis..

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Es Gabus

8 Januari 2010   09:14 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:34 552
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Saat menunggu kereta datang di stasiun Sangkrah, aku melihat seorang kakek yang mendorong sepedanya mendekat ke kerumunan para calon penumpang. Disandarkannya sepeda tuanya di tembok kantor stasiun, dan dibawanya kotak cooler dari boncengan sepedanya.

Sambil berkeliling di antara para calon penumpang, dia berteriak menawarkan dagangannya ‘ Es gabus… es gabus…’. Wah, tak kusangka masih ada yang jualan es gabus sekarang ini.

Ingatanku melayang ke masa2 SD dan SMP dulu. Saat itu harga sepotong es gabus adalah sekitar 15rupiah ( kalo ga salah ingat ). Es gabus terbuat dari adonan tepung hunkwe yang dibekukan. Ketika dimakan, rasanya kres kres seperti mengunyah sepotong gabus. Itulah kenapa disebut es gabus, ada juga yang menyebutnya es hunkwe.

Kembali ke masa kini, kuamati bapak tua penjual es gabus tersebut. Cooler yang dia bawa sudah kusam, sekusam sepeda tuanya. Orang2 yang dia tawari pun ga ada yg tertarik beli. Kasian..

Mungkin bila dia berkeliling menjajakan dagangannya di daerah pelosok, mungkin akan lebih laku. Di kota, ada lebih banyak saingan dari es gabus : es krim, es buah, es teler, atau minuman dingin lainnya. Lagipula, karena harganya yang mestinya lebih murah, mungkin orang2 meragukan bahan2 pembuat es gabus tersebut. Apakah mengandung sakarin ? Apakah pembuatannya higienis ?

Es gabus adalah satu produk yang semakin tersingkir oleh jaman. Ada banyak penganan yang dulunya beredar, namun kini jarang atau bahkan tidak bisa ditemukan lagi. Mungkin para kompasioner punya makanan khas masing2 yang sekarang hilang ?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun