Media Sosial, merupakan sebuah kalimat yang mungkin untuk sebagian besar masyarakat, menganggap-nya sebagai tempat mereka sehari-hari, untuk berekspresi atau hanya sekedar mencari hal-hal baru yang bersifat menghibur.Â
Alangkah menyenangkanya saat ini, kita bisa mengakses segala informasi secara instan tanpa dibatasi jarak dan waktu, selebihnya dapat diakses kapanpun serta menggunakan sarana yang mudah didapatkan, tentunya hal tersebut membuat sebagian besar manusia di belahan dunia ini saling terhubung.Â
Namun, apakah dengan segala kemudahan yang ada saat ini, akan selalu bisa diandalkan dan tidak akan menimbulkan sebuah permasalahan yang berkaitan dengan kehidupan sosial pada masyarakat?, mengingat pada sebuah jejaring sosial, merupakan tempat bermain segala macam masyarakat dari berbagai macam budaya dan latar belakang dapat bertemu di dalamnya. Tentunya kita harus benar-benar bijak dan memahami segala sesuatu yang terjadi.
Dalam hal ini, penggunaan yang mungkin sudah masuk ke fase berlebihan yang cenderung adiktif dari seseorang, maka hal tersebut akan membuat media sosial mempunyai andil besar dalam terjadinya sebuah perubahan sosial dalam masyarakat, perubahan dipicu melalui beberapa faktor yaitu perbedaan budaya pengguna di satu negara dan negara lainya, yang meliputi perbedaan gaya hidup, etika dan juga tatanan masyarakat, yang akan secara massif diadaptasi oleh masyarakat di suatu negara, tanpa memikirkan baik dan buruknya serta adanya alasan yang tepat untuk melakukan-nya, hal-hal semacam ini menjadi pendorong perubahan sosial. Contohnya, seringkali kita di perlihatkan dengan standart "hidup sempurna" dari seseorang yang hidup di belahan dunia lain, dari banyak unggahan yang ada di sosial media.Â
Secara tidak langsung hal tersebut menjadi standart gaya hidup masyarakat yang baru, akan bisa bersifat destruktif jika si penganut tidak memikirkan faktor yang ada di sekitarnya. Kebebasan berpendapat yang cenderung tidak bertanggung jawab, juga menjadi masalah lain yang ditimbulkan dari keseringan pada penggunaan jejaring sosial, selama ini masih sering kita temui narasi tentang opini seseorang, namun dituliskan melalui kata-kata kasar dan cenderung sarkas, hal demikian akan membuat beberapa pihak puas dengan apa yang telah mereka lakukan.
Namun tidak dengan pihak-pihak yang akan merasa tertekan karena pendapat tersebut. Tidak semua kebebasan berpendapat bersifat sarkas, namun ada juga yang cenderung menyampaikan masalah yang ada dalam hidup mereka, justru hal-hal demikian memicu pihak yang tidak bertanggung jawab untuk melakukan perbuatan yang tidak terpuji, dari banyak hal yang telah terjadi selama ini, seperti yang nyata terjadi yaitu cyber-bullying, juga menjadi permasalahan pelik yang belum bisa diatasi, mirisnya lagi, banyak korban yang akhirnya mengakhiri hidupnya karena alasan tersebut.
Sebuah permasalahan yang timbul bukan tanpa sebab, pastinya ada alasan tertentu yang menarik pelatuk dan membuatnya meledak, dalam hal ini semua itu berjalan dengan cepat karena adanya media sosial. Pengaruhnya bisa menjalar dengan cepat ke bagian-bagian dunia lain berkat adanya komunikasi modern (Soerjono Soekanto, 2009).Â
Permasalahan seperti, perubahan sosial yang melahirkan standart hidup baru dan juga cyber-bullying yang berakhir dengan bunuh diri, bak sebuah hal yang saling berhubungan, mengambil dari artikel rilisan Kompas.Com edisi November 2017 yang memaparkan data CDC (Centers for Disease Control and Prevention) tentang angka kasus bunuh diri yang cenderung meningkat bersamaan dengan jumlah penggunaan media sosial di kalangan remaja Amerika Serikat, mereka mengatakan bahwa "Hasil temuan penelitian ini kemudian dipublikasikan dalam jurnal Clinical Psychological Science.Â
Temuan peneliti menunjukkan, kasus bunuh diri baru-baru ini sering dikaitkan dengan bullying di dunia maya. Selain itu, unggahan yang menggambarkan "kehidupan sempurna" seorang remaja juga dianggap berdampak pada kesehatan mental para remaja tersebut, kata peneliti".Â
Tentunya, semua itu datang atas dasar pola penggunaan seseorang dalam berselancar di sosial media yang cenderung masif, maka tak heran jika makin banyak permasalahan yang timbul. Kebebasan berpendapat, merupakan setiap hak dari manusia pada umumnya, mereka berhak mengutarakan apa yang ada dalam pemikiran mereka, permasalahan datang jika hak tersebut di lakukan dengan tidak bertanggung jawab, bukan malah bersifat positif, justru kebebasan itu dilakukan dengan cara yang tidak terpuji.Â
Ber-oponi dengan kata-kata kasar, hingga ada yang akhirnya saling cela di forum publik, banyak kita temui di sosial media, saya rasa hal tersebut kurang pantas untuk dilihat masyarakat yang tidak berkaitan, terjadinya perbedaan oponi seharusnya tidak menjadi alasan untuk saling mencela, masih banyak hal diluar sana yang bisa kita lakukan di sosial media, tentunya dengan tidak membawa petaka bagi orang lain.