Masa Era Reformasi menjadi seorang aktivis jadi kebanggaan di kalangan kampus, tanpa memikirkan IPK. Tapi untuk jaman sekarang ini apa masih sama dengan pemikiran seperti itu, menjadi seorang aktivis tanpa memikirkan IPK ???.
Zaman sekarang ini menjadi seorang mahasiswa tanpa menunjukan kemampuan bersosialisai juga kurang untuk diperhitungkan dalam dunia kerja. Kampus juga sebagai tempat untuk menunjukan kemampuan mahasiswa melalui kegiatan mahasiswa yang ada seperti organisasi. Organisasi juga sebagai ajang tempat untuk menuangkan aspirasi mahasiswa. Tapi Organisasi juga terkadang mempengaruhi turunnya nilai akademik Mahasiswa.
Saat ini adanya kebijakan universitas yang mengatakan syarat menjadi mahasiswa mengikuti organisasi, jika menjadi ketua dengan IPK minimal 2,75 dan menjadi anggota minimal 2,55. Apa ini kebijakan yang mungkin akan benar-benar diterapkan dan benar-benar mahasiswa akan mengikuti dengan kebijakan tersebut.
Terkadang, jaman sekarang ini Mahasiswa lebih asyik dengan organisasi tanpa memikirkan tujuan utama kuliah dengan IPK yang tinggi. Mahasiswa lebih cenderung memilih untuk aktif berorganisasi tetapi dalam perkuliahannya tidak sesuai dengan Standar IPK.
Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas ISIP UPN “veteran” Yogyakarta, Nanang Yudha, mengatakan setuju saja jika kebijakan universitas jika adanya syarat untuk mengikuti organisasi harus memiliki IPK 2,75.
“ Ya, setuju-setuju saja tugas utama mahasiswa kan belajar bukan untuk berorganisasi, Ya sekarang liat dulu ini zamannya bukan zaman reformasi yang hanya menjadi aktivis tanpa memikirkan IPK,”Katanya. Menurut Nanang Organisasi hanya untuk pelarian atau sebagai pengisi waktu luangdari kejenuhan di perkuliahan. Jadi Organisasi bukanlah tujuan utama dalam perkuliahan, tapi akademik tujuanyang paling utama.
IPK Bukan Patokan
Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi, Novi Hadiputri, sebagai ketua KSM fotkom, mengatakan Tidak setuju dengan kebijakan universitas yang mensyaratkan mengikuti organisasi harus memiliki IPK yang ditentukan.
“IPK bukan sebagai patokan untuk mengikuti organisasi, menjadi ketua ataupun menjadi anggota. IPK rendah tapi dia bisa memimpin atau mempunyai kemampuan untuk berorganisai ya tidak masalah. Ya, kalau IPK untuk menjadi patokan keliatannya tidak etis seperti memaksakan.” Katanya.
Menurut Novi, Organisasi terkadang bisa membuat waktu mahasiswa tidak konsentrasi dengan akademiknya. Tetapi Orang yang biasa untuk beroganisasi biasanya bisa mempengaruhi kehidupannya seperti megatur waktu dan mengatur pribadi tentang akademiknya.
“Tergantung pada individu, selama bisa mengontrol ya pasti bisa dengan mendapat IPK dengan ketentuan oleh universitas, tapi sekali lagi IPK bukanlah patokan untuk megikuti organisasi dan bukan patokan untuk syarat menjadi ketua.” Ungkap Novi
Organisasi juga penting untuk mengembangkan soft skill mahasiswa tetapi IPK juga penting untuk mahasiswa demi kelancaran perkuliahan. Tetapi Organisasi juga bukanlah sebagai penentu kesuksesan mahasiswa untuk terjun langsung ketika lulus.
Sekretaris Program Studi Ilmu Komunikasi Retno Hendadiningrum SIP Msi, mengatakan jika kebijakan yang diambil Universitas tentang syarat berorganisasi harus memiliki IPK 2,75. Karena tujuan utama Mahasiswa bukan lah berorganisasi tetapi tujuannya adalah untuk mencari Ilmu.
“Saya tidak setuju jika mahasiswa mengatakan jika organisasi-organisasi, belajar-belajar itu jelas tidak mungkin karena itu saling bersinergi. Tidak ada gunanya jika mahasiswa terlalu membanggakan dalam berorganisasi tetapi kuliahnya keteteran. Era gerakan komunikasi sekarang sangat berbeda dengan era reformasi yang aktif menjadi seorang aktifis.” Ujarnya
Beliau jiaga mengatakan, jika Kebijakan universitas memiliki komitmen dengan melakukan kebijakan tersebut. Sebagai adanya komitmen tujuan kuliah adalah mencari ilmu, karena ini juga menjadi tanggung jawab universitas kepada orang tua.
“Kriteria pemimpin organisasi itu bisa menjadi contoh untuk anggotanya, jika seorang ketua organisasi memiliki IPK tinggi akan lebih legitimate karena anggota akan memiliki pandangan.” Ungkapnya. Kebijakan ini harus disosialisasikan karena sekali lagi tujuan utama kuliah adalah untuk pendidikan bukan untuk berorganisasi.
Oleh karena itu, organisasi juga penting untuk mengembangkan soft skill maupun hard skill sebagai bekal agar kita dapat luwes ketika bekerja. Tetapi IPK juga penting sebagai Bukti kelulusan sebagai bukti kemampuan kita dalam bidang akademik.
Nah, kini tergantung dari Individu kita masing-masing mana yang lebih penting dan mana yang lebih didahulukan. Semua tergantung dari individu Karena masa depan kita juga kitalah yang menentukannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H