Bukankah menggores pena adalah pekerjaan sehari-hari Jaka, tentunya bukan hal yang mustahil untuk dipenuhi.
Dengan pena bulu angsa berwarna jingga, Jaka mengukir keindahan, tata, aksara, dan cinta di kitab Gadis.
Bagai berjalan menyusuri sungai biru berliku, mereka berdua kemudian mengisi kitab violet tersebut hingga hampir meluap ke tepian lembar.
Seruni, aster, dan kecubung kini dijadikan sebagai penghias ilustrasinya.
Jaka melirik sejenak ke arah Gadis, jika dipikir-pikir telah satu jam mereka berdua. Namun tak tampak sama sekali kejemuan di wajah halusnya.
Melunak hati Jaka.
Untuk selanjutnya, senja demi senja yang dilalui Jaka adalah melapisi helaian-helaian kitab Gadis, mengajarkan artinya, melapisinya dengan kidung burung layang-layang. Bulan dan matahari sebagai lenteranya.
Tahun ketiga.
Seusai menoreh hurup alfa, pi dan phi, Jaka memutarbalik badannya pada Gadis. Kali ini ia ingin menorehkan asmara ke dada Gadis.
Â
*****