Mohon tunggu...
Yuliana kusmuliyanti
Yuliana kusmuliyanti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Mataram

Memasak

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Teori Empati dari Martin Hoffman

17 Januari 2025   21:48 Diperbarui: 17 Januari 2025   21:48 4
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Teori Empati Martin Hoffman

         Psikolog perkembangan Martin Hoffman mengembangkan teori empati untuk menjelaskan bagaimana empati berkembang dari masa kanak-kanak hingga dewasa. Hoffman berpendapat bahwa empati adalah kemampuan bawaan yang berkembang melalui interaksi sosial dan pengalaman hidup. Hoffman mengidentifikasi empat tahap dalam pengembangan empati:

 1. Empati global (usia 0-1 tahun):
 Pada tahap ini, bayi tidak membedakan antara diri sendiri dan orang lain. menanggapi emosi orang lain. yang lain. Misalnya, seorang bayi mungkin menangis ketika mendengar bayi lainnya menangis.

 2. Empati Egosentris (1-2 tahun):
 Anak-anak mulai memahami bahwa orang lain adalah individu yang terpisah, tetapi masih merasakan empati terhadap perasaan orang lain. Mereka merespons dengan cara yang egois. Misalnya, mereka mungkin menyerahkan mainannya untuk menghibur temannya yang sedang kesal. sedih.

 3. Empati terhadap Perasaan Orang Lain (usia 2-7):
 Anak-anak mengembangkan kemampuan untuk memahami bahwa orang lain mungkin memiliki perasaan yang berbeda dari perasaan mereka sendiri. Mulailah dan tanggapi dengan lebih baik.

 4. Empati yang Tercerahkan (usia 7 tahun ke atas):
 Orang dapat lebih memahami perspektif dan emosi orang lain dalam situasi kompleks.

               Hoffman percaya bahwa empati adalah dasar moralitas dan memainkan peran penting dalam perkembangan moral seseorang dengan mendorong perilaku prososial dan membantu individu mengembangkan hubungan yang lebih bermakna dengan orang lain. Selain itu, Hoffman menekankan bahwa empati dapat ditingkatkan melalui pendidikan dan pengalaman sosial yang mendukung, dan empati berperan dalam mengurangi perilaku agresif dan meningkatkan keterampilan sosial. Lebih lanjut, Hoffman menunjukkan bahwa empati memungkinkan individu merespons secara etis terhadap situasi sosial yang sulit, sehingga berkontribusi dalam menciptakan lingkungan yang lebih berempati dan harmonis dalam masyarakat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun