Mohon tunggu...
Yuliana kusmuliyanti
Yuliana kusmuliyanti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Mataram

Memasak

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Teori Psikososial yang Dikemukakan oleh Erik Erikson

23 Oktober 2024   07:14 Diperbarui: 23 Oktober 2024   07:24 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pernahkah kamu merasa bingung tentang perasaanmu? Atau bertanya-tanya kenapa temanmu bersikap berbeda denganmu? Erik Erikson, seorang psikolog terkenal, punya teori menarik tentang perkembangan kepribadian kita.

Teori psikososial yang dikemukakan oleh Erik Erikson merupakan salah satu pendekatan penting dalam psikologi perkembangan. Erikson mengembangkan teorinya berdasarkan pandangan bahwa perkembangan manusia berlangsung sepanjang hayat, dan setiap tahap perkembangan dihadapkan pada krisis atau tantangan yang harus diatasi.

Erikson membagi perkembangan manusia menjadi delapan tahap, masing-masing dengan fokus dan tantangan yang spesifik:

 apa aja yang kedelepan itu? yukk kita bahas sama-sama 

1. Kepercayaan vs ketidakpercayaan (0-1 tahun): bayi belajar mempercayai orang tua dan lingkungan sekitar. Jika kebutuhannya terpenuhi, ia akan merasa aman dan percaya.

  • Contoh kepercayaan;keteraturan dalam perawatan bayi, responsif terhadap teriakan.
  •  contoh ketidakpercayaan;ketidakkonsistenan dalam perawatan,pengalaman negatif 

2. Otonomi vs rasa malu dan ragu (1-3 tahun): anak mulai mengembangkan kemandirian. Jika diberi kesempatan untuk mencoba hal baru, iya akan merasa percaya diri.

  • Contoh otonomi: menggunakan  toilet sendiri, memilih pakaian.
  • Contoh rasa malu dan ragu: penghargaan berlebihan, kritik negatif.

3.inisiatif vs rasa bersalah (3-6 tahun): anak mulai aktif mengeksporasi lingkungannya. Jika didukung,ia akan merasa memiliki inisiatifnya.

  • Contoh inisiatif: bermain peran, menciptakan proyek seni.
  • Contoh rasa bersalah: kritik terhadap permainan, kejadian tidak diinginkan.

4.ketekunan vs rasa rendah diri (6-12 tahun): anak mulai belajar keterampilan baru di sekolah.jika berhasil, ia akan merasa kompeten.

  • Contoh ketekunan: mengikuti aktivitas ekstrakurikuler, menyelesaikan tugas sekolah.
  • Contoh rasa rendah diri: perbandingan dengan teman, kritik dari guru atau orang tua.

5. Identitas vs kebingungan (12-18 tahun): remaja mencari jati diri dan mencoba berbagai peran. Jika berhasil menemukan identitasnya, ia akan merasa percaya diri.

  • Contoh identitas: eksplorasi minat dan hobi, pengembangan nilai dan prinsip.
  • Contoh kebingungan: perasaan terasing, tekanan untuk  menyusuaikan diri.

6. Keakraban vs isolasi (18-40 tahun): dewasa muda membangun hubungan yang intim dengan orang lain. Jika berhasil, ia akan merasa terhubung.

  • Contoh keakraban: Hubungan romantis yang sehat, persahabatan yang dalam.
  • Contoh isolasi: ketidakmampuan untuk membentuk hubungan,patah hati  atau kekecewaan dalam hubungan.

7. Generativitas vs stagnasi (40-65 tahun): dewasa tengah berkontribusi pada masyarakat, misalnya dengan bekerja atau membesarkan anak. Jika berhasil, iya akan merasa berguna.

  • Contoh generativitas: metroning, kegiatan sukarela.
  • Contoh stagnasi: kekecewaan dalam karir, kurangnya keterlibatan sosial.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun