Hari ini ada hal yang membuat saya tergelitik melihat kondisi anak-anak saat ini, terutama anak-anak di sekitar lingkungan tempat tinggal saya. Beda sekali dengan waktu kecil saya dulu, yang masih begitu banyak waktu untuk bermain, waktu untuk berinteraksi dengan teman seumuran, dan begitu banyak hal lain untuk menikmati masa kecil. Coba kita lihat anak-anak sekarang, waktu untuk bermain sudah hampir tidak ada terkuras dengan berbagai kegiatan sekolah, les, TPA, dan kegiatan ekstrakurikuler lainnya. Sepertinya tak ada waktu lagi untuk menikmati indahnya masa kecil. Tak ada lagi pemandangan anak-anak yang tertawa ceria bermain di luar dan tak terdengar lagi keceriaan nyanyian lagu-lagu anak.
Begitu banyaknya kegiatan di luar, membuat anak kekurangan waktu untuk bermain dan berinteraksi dengan keluarga. Nah ini lah yang harus menjadi perhatian. Inilah yang harus selalu dipantau... agar jangan sampai anak terpengaruh lingkungan yang buruk dan jangan sampai bergaul dengan orang-orang yang salah. Masa anak-anak adalah masa pembentukan karakter.
Oke lalu apa hubungannya dengan wanita cerdas??
Setiap orang punya definisi yang berbeda-beda tentang wanita cerdas. Tapi bagi saya, wanita cerdas adalah wanita yang mampu melaksakan tugasnya sebagai seorang ibu dengan sebaik-baiknya. Lah kenapa seorang Ibu?? Yaaa jelas karena Ibu adalah makhluk terpenting pencipta generasi-generasi mendatang. Jadi jelas diperlukan wanita cerdas untuk menciptakan generasi-generasi cerdas masa depan. Jadi wanita yang cerdas harus mampu mendidik generasi hebat terutama dengan kondisi jaman yang begitu hiruk pikuk dan begitu banyak pengaruh jahat di luar sana. Ibu adalah guru pertamanya, Ibu adalah orang pertama sebagai panutannya, Ibu adalah yang pertama kali mengenalkannya pada dunia. Jadi disinilah pentingnya ada wanita cerdas yang senantiasa harus memperhatikan tumbuh kembangnya, pergaulannya, dan lingkungannya. Â
Tapi ironisnya, saat ini lebih banyak wanita memilih untuk menjadi seorang work mother (wanita karir), yang lebih mengutamakan mengejar karir, gengsi, dan materi daripada harus sibuk mendidik buah hati yang sebenarnya lebih berharga dari sekedar gengsi dan materi. Kalau sudah begitu karakter anaklah yang sebenarnya dipertaruhkan. Akhirnya hak asuh anak digantikan oleh pengasuh ato bahkan pembantu. Bukan maksud saya disini meremehkan peran pengasuh atopun pembantu. Tapi tak bisa dipungkiri kalo dibandingkan dengan pengasuhnya tentu kita memiliki pendidikan yang lebih tinggi, pengalaman yang lebih luas, dan tentunya limpahan kasih sayang dan kesabaran yang jauh lebih besar dibandingkan siapapun. Ya karena kita adalah Ibunya. Apa anda ikhlas menitipkan anak yang begitu berharga pada tangan orang yang anda sendiri pun belum lama mengenalnya, hanya demi segenggam harta yang pada akhirnya anda gunakan untuk membayar seorang pengasuh. Apa bedanya dengan anda merawatnya sendiri?!
Dalam agama islam telah dijelaskan bahwa tugas seorang laki-laki adalah menafkahi keluarga dan tugas seorang wanita adalah taat pada suami dan mendidik anak-anaknya. Sudah jelas bukan. Selain itu Allah juga menerangkan bahwa rejeki tiap-tiap orang sudah dijamin olehNYA. Rejeki istri dan rejeki anak telah dititipkan Allah pada punggung suaminya. Cukup menjadi istri yang taat dan selalu mendoakan rejeki yang berkah dan halal dari keringat suami kita. Lalu lakukan tugasmu sebagai wanita untuk mendidik anak-anakmu tanpa khawatir tentang materi. Toh sudah ada yang menjaminnya kan?! hehe
Jadi Yuuk para wanita belajar jadi wanita cerdas... ubah mindset kalau work mother itu tak jauh lebih baik dibandingkan Home Mother. Karena Home Mother itu tugas yang sangat mulia.... karena Home Mother yang menentukan bagaimana nasib bangsa ini selanjutnya J
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H