Kehilangan. Satu kata yang entah bagaimana seakan-akan mempunyai makna yang amat sangat buruk.
Kehilangan bagi kebanyakan orang adalah moment di mana ada bagian dalam hidupnya, entah benda ataupun mahluk hidup, yang pergi, hilang, dan sangat kecil kemungkinannya untuk kembali. Dan itu menyedihkan.
Lalu bagaimana aku sendiri memakanai arti kehilangan?
Sederhana saja. Kehilangan itu kamu.
Ketika kamu menjadi satu dari sekian banyak lelaki yang ada dalam hidupku, namun menjadi satu-satunya lelaki yang menempati tempat khusus di hidupku.
Ketika kamu memberi warna dalam hariku.
Ketika kamu dan aku sama-sama membangun asa dan harapan, sejalan dan beriringan. Namun sayang, takdir mengambil jalan yang berbeda.
Kini, tempat khusus itu sudah tak ada, warna itu sudah terhapus, asa dan harapan itu telah terkubur. Memang jalan takdirlah yang pada akhirnya harus kita jalani, mungkin.
jadi, takdirkah ketika aku harus kehilangan kamu?
Ketika aku harus merasakan sakit yang sangat, ketika aku harus menelan rasa pahit sekaligus pedih, dan ketika aku harus melihat kamu menangis untukku.
Kehilangan itu kamu. Dan itu menyedihkan.
Berjalan tapi seperti tak menginjak tanah. Melayang bersama kenangan yang sudah terlanjur terajut, nyaris sempurna andai saja takdir berbaik hati.
Ragaku utuh tapi tidak dengan jiwaku. Separuhnya pergi bersama dirimu, karena separuh aku adalah kamu.
Takdir yang salah?
Tidak. Hanya saja aku dan kamu yang belum mempunyai pembenaran akan apa yang terjadi.
Kita sama-sama merasa kehilangan, sama-sama merasakan sakit yang sama, dan sama-sama egois untuk terus berharap takdir akan berbaik hati dan menjadi sejalan dengan kita.
Aku masih mencintaimu, itu pasti. Kamu masih mencintaiku, mungkin.
Karena yang hilang adalah kamu, namun rasaku untukmu masih utuh tersimpan.
Jika kamu merasakan persis dengan apa yang aku rasa kini, dengarkan aku.
“Luka hati karena kehilangan orang yang teramat sangat kita sayangi, perlahan akan hilang sakit dan pedihnya, tapi tidak dengan bekas lukanya. Jadi untuk apa berusaha menutup luka itu? Kita harus mampu melangkah maju meninggalkan masa lalu demi masa depan. Kita masih menginjak tanah yang sama, dipayungi langit yang juga sama, hanya takdir yang tidak membuat kita bersama. Aku kehilangan kamu dan kamu kehilangan aku. Tapi kita masih sama-sama ada. Setidaknya aku bisa melihat kamu bahagia dengan hidupmu begitupun sebaliknya. Percayalah semua takdir-Nya itu baik, hanya saja perlu waktu untuk menerima dan membenarkan. Karena di balik kehilangan pasti ada kemunculan, sesuatu yang lebih baik dari yang hilang itu. yakinlah bahwa menerima itu lebih baik daripada harus terus melawan, terjatuh, dan gagal. Ikhlas dan jalani, karena Tuhan itu maha baik :)”
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H