Mohon tunggu...
Yuli H.
Yuli H. Mohon Tunggu... Guru - Puisi adalah Isyarat Hati

Dengan puisi kita berbagi

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Berharap di Air Hujan

16 Juli 2020   18:56 Diperbarui: 16 Juli 2020   18:44 296
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berdiri mematung diantara deretan palm raja
Berpayung lebar di rintiknya hujan
Tatapan kabur tergambar nanar
Bibir bergetar melafalkan keinginan

Jiwa yang menyesal
Raga yang memohon terbukanya pintu maaf
Bagi kata yang terlanjur terucap
Menyayat mencabik nurani
Meremukkan harga diri yang tinggal secuil

Wanita bermantel hitam
Berlari tanpa alas kaki
Di tengah guyuran hujan
Di keramaian orang mencari perlindungan
Tak ada alasan buatnya untuk kembali
Jika yang dicinta sudah terlampau menyakiti

Berharap hujan lebat membalikkan keadaan
Mengembalikan pada cerita awal
Membungkus kata-kata yang tak pantas
Dan membakarnya jadi abu
Hingga luruh di air hujan

Berdiri mematung tak peduli dingin membeku
Menunggu jawaban permintaan begitu dalam
Berharap hujan mengantarkan sang pujaan
Sampai batas waktu mampu bertahan

Salam
Yuli H. // 16 Juli 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun