“Kamu sudah bangun?”senyumnya merekah melihat Lee sudah sadar.
“Iya, barusan. Sorry ya, aku menyusahkanmu lagi.”
“Santai aja. kita kan teman.” tatapan Zilong berpindah ke pada lelaki yang ada disebelah kanan Lee dan bertanya, "Gmana pa? apa Lee baik-baik saja?" tanya Zilong.
"Semuanya normal, nanti setelah sarapan, kamu bisa antar Lee pulang."
Mata Zilong berbinar, "Alhamdulilah."
"Lee lain kali jangan sok jadi detektif, sudah tau pobia- masih nekat." mulut Zilong manyun. Lee mengangguk.
"Kalau kau mau, Om punya kenalan pskiater ." tawar Papa Zilong.
"Nggak usah om, saya baik-baik saja kok." kata Lee menolak halus, padahal dihatinya- uang dari mana?
"Ooo... Om Danu ya pa, nanti aku ajak Lee kesana, Om Danu pasti bisa menyembuhkan pobiamu." kata Zilong bersemangat.
"Nggak usah."Lee mengeleng pelan. Papa Zilong tersenyum melihat dua sahabat yang saling peduli satu sama lain.
Setelah selesai memeriksa keadaan Lee, Papa Zilong pamit pergi. dan setelah melihat papanya menghilang di balik pintu, Zillong mulai bercerita tentang kejadian semalam. Ternyata kecurigaan mereka benar, yang disembunyikan di balik jas Pak Kusain adalah barang bukti yaitu sebuah tongkat baseball yang berlumuran darah, dan semuanya telah direkam dalam kamera Handpone Donald.