Mohon tunggu...
Retno Yuli
Retno Yuli Mohon Tunggu... profesional -

Dimulai dengan Bismillah... Berjalan sesuai arah pantang menyerah ..,. Berhenti sesuai titah Diakhiri dengan Alhamdulilah

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

MANAJEMEN SEKOLAH

1 Juli 2012   16:01 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:22 1420
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

BELAJAR MANAJEMEN SEKOLAH

DI VEDC MALANG

(catatan, rangkuman, amatan dan kenangan yang menyenangkan)

Oleh Retno Yullie

Kota Malang kota apel yang dingin, sejuk dengan beragam aktivitas masyarakatnya yang ramah dan rajin menjadi kenangan tersendiri ketika aku harus berada di VEDC PPTKK BOE Malang untuk mengikuti sebuah even pembelajaran bagi pengelola sekolah selama dua minggu dari tanggal 11 sampai dengan tanggal 22 Juni 2012.

Teman-teman dari seluruh penjuru nusantara dengan segala ciri dialek, karakter, bentuk wajah, dan topeng yang khas dari masing-masing daerah. Suasana belajar yang menyenangkan, diantara taman-taman yang tertata rapi dan bersih, meski terlihat sederhana, gedung-gedung tempat materi pelatihan disampaikan sarat dengan muatan teknologi. Keunikan lembaga belajar ini kuncinya terdapat pada warna, setiap warna yang menempel di jendela gedung, di wearpack yang dipakai siswa atau peserta pelatihan menunjukkan departemen dimana dia menuntut ilmu. Senang sekali melihat ragam dan corak identitas ini, menjadi nuansa dan inspirasi untuk mewujudkannya di sekolah agar pelaksanaan Bidang Garapan Standar Sarpras ada variasinya, ada perubahan dan berbeda dari sekolah lain sebagai salah satu keunggulan dan meningkatkan daya saing minimal dengan sekolah terdekat.

Lembaga ini termasuk lembaga pendidikan yang punya toleransi tinggi, program kegiatan dipublikasikan secara terbuka dan mengakomodasi berbagai kepentingan yang masih dapatterjangkau oleh semua pelaku pendidikan di luar bidang kejuruan yang menjadi bidang garapannya. Kami, pengelola SMP mendapatkan gedung dengan jendela warna kuning senada dengan wear pack yang kami kenakan untuk kegiatan belajar yaitu di Departemen Edukasi. Hangat dan familiar itu kesanku pada setiap warga pengelola VEDC ini, dari bapak-bapak pemelihara taman kampus sampai dengan bos-bos di lingkup manajemen VEDC semua welcome dan memberi solusi dan pelayanan yang baik, ya.. mungkin karena mereka sudah mengantongi sertifikat ISO, tapi menurutku membangun budaya kerja yang demikian tertata dan konsisten pastilah ada kaitan erat dengan kemampuan manajerial pemimpinnya,nah inilah yang nanti akan aku kupas dalam tulisanku ini.

Di tempat ini aku belajar banyak hal, di sela-sela teriakan calo tiket Terminal Arjosari yang memang berseberangan lokasinya dengan VEDC. Aku justru menyadari disini, di VEDC aku bukan siapa-siapa dan tak berarti apa-apa, mungkin benar apa yang dikatakan Sinarman dari Kepala Sekolah SMP Mataram nun jauh disana (dia menyebutnya begitu), kita ini sudah merasa hebat di daerah kita, ternyata di sini belum seberapa, banyak yang lebih hebat dari kita. Ada yang senior dengan segudang ilmu, ada yang menjadi kepala sekolah tapi lebih banyak berdekatan dengan birokrasi, ada kepala sekolah yangsangat suka Permen (sebutan untuk kepala sekolah yang sangat hafal berbagai macam Permendiknas dan Undang-Undang), ada kepala sekolah yang kocak, ada yang pendiam tapi ilmunya mengagetkan, ada yang bisa menjadi contoh teladan karena procedural dan berhasil, ada yang menjadi tuan rumah yang baik bagi teman-temannya, ada yang misterius tapi pandai luar biasa, ada yang praktis tapi lihai di bidang ICT, ada kepala sekolah muda yang hebat yang tak pernah mau terungkap jati dirinya tak kentara karena sikap dan prinsipnya yang nyante aja (siapa dia ?), ada anak-anak muda yang brilliant calon kepala sekolah handal, ada ibu kepala sekolah dari papua yang tidak seperti orang papua yang punya kamus teka-teki khusus orang dewasa dan ada aku dari lima perempuan di kelasku akulah yang paling belakangan lahirnya entah terlihat muda atau tidak aku tak tahu (kelihatannya) dan masuk kategori duluan datang dan bukan kepala seolah lagi, dan sering menjadi sasaran empuk untuk dikerjain, terutama ulah usil orang Tempeh. ya.. aku hanyalah seorang pembantu kepala sekolah yang selalu sendiko dhawuh yang kadangkala mengalami kebuntuan ketika memutuskan untuk berbuat apa dan bagaimana karena terbentur wewenang yang tak kupunya, ya karena wewenang itu memang bukan menjadi milikku, dan dari sini sering kutemukan benturan-benturan dengan satu dua teman yang tidak bisa memahami apa yang kusampaikan, entah karena cara penyampaianku yang salah atau karena aku memang belum pantas menerima beberapa delegasi dari ibu, selalu saja ketika akau mengalaminy aku katakan dalam diriku aku harus menghela nafasku lebih dalam agar volume emosi negatifku berangsur mereda seiring rentang waktu hembusan nafasku, lepas dari itu semua aku berterima kasih kepada ibundaku, Ibu Kepala Sekolahku, atasanku dan pelindungku yang memberi semangat dengan segenap naluri keibuan yang dimilikinya di sisa waktu pengabdian yang sebentar lagi kan usai, beliau banyak membimbingku dengan lembut dan sabar karena kadang sifat keras kepalaku dan idealisme yang acapkali berbeda, ibu selalu tersenyum dan kadang tertawa geli melihatku berusaha mempertahankan argumen yang bombastis yang menurut beliau konyol (tapi aku yakin bisa), ibu selalu memberi kesempatan padaku belajar, mencoba, menimba pengalaman dan memperoleh kesempatan yang sangat luas dan mengadopsi trik-trik pengambilan keputusan jitu yang berprinsip pada menang tanpa ngasorake (dan ini terkadang tak memuaskanku, lagi-lagi karena kkematangan usiaku dengan ibu selisih 18 tahun), namun ilmu inilah yang tak kan kudapat di kelas magister manajemenku, (dulu ketika aku harus menyisihkan sebagian sisa hariku untuk mengeja materi dan berdingin-dingin karena harus pulang larut malam seorang diri menyusuri jalan lingkar yang sepi, Red).

Lepas dari semua yang kualami sebagai pribadi , dari kegiatan ini ada hal-hal yang mungkin sekali lagi perlu kita cermati dan kita maknai bersama karena dalam penerapan di lapangan, teori yang kita dapat perlu disesuaikan juga denga situasi dan kondisi sekolah masing-masing. Hal –hal yang kudapat mungkin sudah berungkali dibaca tapi kurangkum dari materi yang disampaikan widyaiswara dan beberapa sumber yang relevan dan dapat disimpulkan bahwa ;

Paradigma baru kepemimipinan dalam sebuah satuan pendidikan yang profesional perlu ditunjang oleh input manajemen yang memadai dalam menjalankan roda sekolah dan mengelola sekolah secara efektif. Input manajemen yang perlu dimiliki dapat berupa tugas yang jelas, rencana yang rinci dan sistematis, program kerja yang mendukung implementasi, ketentuan-ketentuan yang jelas sebagai panutan bagi warga sekolah dalam bertindak, serta adanya sistem pengendalian mutu yang handal untuk meyakinkan bahwa tujuan yang telah dirumuskan dapat diwujudkan di sekolah.

Kepala Sekolah yang profesional dalam paradigma baru manajemen pendidikan harus fokus pada pelanggan melalui peningkatan kualitas pembelajaran dan kualitas lulusan dari sekolahnya, meningkatkan kualitas dan kualifikasi tenaga kependidikan, serta mendorong peserta didik untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi. Disamping itu, kepala sekolah perlu menggalang partisipasi masyarakat dan orang tua dalam pengelolaan pendidikan di sekolah melalui pembentukan Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah (School Counchil). Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah yang dibentuk harus melibatkan dan mencakup minimal kepala sekolah, guru, perwakilan orang tua peserta didik, tokoh masyarakat dan dinas pendidikan. Lembaga ini bertugas menetapkan segala kebijakan sekolah berdasarkan ketentuan-ketentuan pendidikan, merumuskan dan menetapkan visi dan misi serta tujuan sekolah. Keberhasilan sekolah mencapai tujuannya tak akan pernah lepas dari alur kegiatan yang dimulai dari Evaluasi Diri Sekolah, Kepemimpinan sampai dengan Renstra yang harus dimilki setiap sekolah yang ingin maju, dan tentunya harus sejalan dengan SPM dan SNP sesuai standar yang ditetapkan BNSP.

Perencanaan strategic merupakan proses secara sistimatis berkelanjutan dan pembuatan keputusan yang beresiko. Komponen penting dalam pengelolaan sekolah adalah perencanaan. Perencanaan yang baik akan memberi dampak terhadap tingkat keberhasilan suatu program yang akan dilaksanakan. Perencanaan dapat dibedakan menjadi perencanaan tingkat makro dan perencanaan tingkat mikro, yakni perencanaan yang dibuat oleh suatu unit satuan pendidikan (sekolah). Di samping itu jika dikaitkan dengan kurun waktu pelaksanaan dari kegiatan perencanaan tersebut masih dibedakan lagi menjadi perencanaan jangka pendek, perencanaan jangka menengah, dan perencanaan jangka panjang atau yang sering disebut sebagai suatu Rencana Strategis (Renstra).

Perencanaan strategic merupakan suatu proses yang berorientasi pada hasil yang ingin di capai. Dalam tahapan-tahapan ini memberikan jaminan bahwa program yang akan dilaksanakan dapat berjalan secara efektif dan efisien. Dengan demikian wawasan suatu lembaga dalam meneropong masa depan akan tercermin dari kemampuan dalam membuat perencanaan, kaitannya dengan peluang dan tantangan yang akan dihadapinya serta potensi yang telah dimiliki untuk menghadapi tantangan.Rencana strategic mengandung Visi, Misi, Tujuan, Sasaran. Yang muaranya adalah peningkatan kualitas pendidikan.

Peningkatan kualitas pendidikan merupakan upaya yang terus-menerus dilakukan baik secara konvensional maupun inovatif. Hal tersebut lebih terfokus lagi setelah diamanatkan dalam Undang-undang Sisdiknas bahwa tujuan pendidikan nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa melalui peningkatan kualitas pendidikan sehingga mempunyai keunggulan dan daya saing.

Untuk memperoleh keunggulan daya saing dalam skala global, suatu institusi dituntut harus mampu menyajikan setiap proses yang lebih baik dalam rangka menghasilkan barang atau jasa yang mempunyai kualitas tinggi dengan harga yang wajar dan mampu bersaing. Jadi kunci utama untuk meningkatkan daya saing adalah melalui kualitas, untuk itu institusi  perlu lebih terfokus pada kualitas, yang dalam hal ini disebut Total Quality Management (TQM). Tujuan institusi dalam menghasilkan produk yang berkualitas adalah tercapainya kepuasan pelanggan (customer satisfaction ) yang ditandai dengan berkurangnya komplain dari pelanggan, yang ini berarti juga menunjukkan kinerja (performance ) yang semakin meningkat.

Keberhasilan sekolah dalam mengoptimalkan pencapaian   visi dan misinya sangatlah ditentukan oleh adanya sinergitas dari seluruh komponen yang terlibat dalam kegiatan yang berlangsung di sekolah, salah satu komponen penting yang secara langsung atau tidak dalam pencapaian keberhasilan adalah budaya organisasi dari sekolah tersebut.

Organisasi Sekolah sebagai salah satu unsur penentu keberhasilan pendidikan sangat penting peranannya karena berhubungan langsung dengan efektif atau tidaknya pelaksanaan TQM, yang memungkinkan dapat memacu kinerja tenaga ke pendidikan dan non kependidikan serta memotivasi siswa dalam menempuh proses pembelajaran di sekolah.

Budaya Organisasi Sekolah harus memberikan karakter dan jati diri kepada kepada sekolah di lingkungan masyarakat, karena hal tersebut dapat menjadikan  indikator  dan acuan bagi masyarakat untuk menjadikan sekolah tersebut sebagai tempat berlangsungnya proses pembelajaran bagi anak-anak mereka, di sisi lain eksistensi budaya organisasi yang kondusif dipandang akan dapat memberikan kepuasan bagi pelaku pendidikan di sekolah dalam hal ini guru sebagai tenaga kependidikan di sekolah.

Nah, Bapak Ibu yang turut membidani dan menangani Manajemen Sekolah, tugas kita selain mengajar, mendidik ada tugas lain mengefektifkan dan memberdayakan sekolah, sehingga peran kita semakin lengkap sebagai pamong, payung dan juga pengayom sekolah agar institusi dimana kita bekerja dan tempat bercengkerama layaknya keluarga di separuh waktu yang kita lalui setiap harinya menjadi tempat yang nyaman bagi guru, siswa, orang tua dan masyarakat di sekolah kita sehingga visi misi dan tujuan yang sudah direncanakan dapat tercapai dan dengan budaya sekolah yang sudah diniati, dijiwai ,disepakati dan dijadikan kitab norma oleh seluruh warga sekolah, sehingga pengelolaan sekolah menjadi mudah. Semoga tulisan ini bisa bermanfaat dan menjadi renungan untuk kemudian mari satukan langkah bersama stake holder dan menggandeng shareholder membangun citra sekolah kita selangkah lebih baik dari hari ini.

Sebagai bingkai penutup tulisan ini kita ingat kembali pepatah Gajah Mati Tinggalkan Gading, Harimau Mati Tinggalkan Belang, Manusia Mati Tinggalkan Nama. Maknanya kita manusia diberi amanah untuk menata sekolah dan nggulawenthah calon pemimpin bangsa, dan yang akan diingat orang ketika kita tak ada lagi adalah kebaikan dan keburukan yang kita punya. Sekarang tinggal kita yang tentukan kita mau pilih yang mana ? Semoga kita diberi kemudahan dan kebulatan tekad untuk mencatatkkan deretan kebaikan, sepakat ?

Mari Kita Lakukan, Mulai Sekarang Juga.


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun