Oleh : Yulida Hasanah
Lagi viral nih, ngomongin salah satu komunitas yang menurut perhitungan kasar saya sih, termasuk komunitas yang paling banyak di masyarakat kita, masyarakat Indonesia tentunya. Siapa lagi kalo bukan kaum santri.Â
Santri adalah sebutan bagi seseorang yang mengikuti pendidikan agama Islam di Pesantren, biasanya menetap di tempat dia mencari ilmu hingga selesai pendidikannya.
Dan yang lebih keren lagi nih...Santri juga bisa didefinisikan mengikuti enam huruf yang ada pada kata 'santri' ini. Menukil dari definisi KH. Mukhlisin, pengurus Yayasan Az-Zahra Sekuro (sumber: www.nu.or.id), ternyata kata SANTRI itu bisa diartikan dengan 'S' adalah 'Sitrul aurat' alias menutup aurat.
Saya sih setuju sekali, sebab santri itu representasi dari seorang muslim/muslimah sejati. Masa yang ngaku santri atau pernah nyantri nutup auratnya saja 'ra genah', tentu gak sesuai dengan gelar 'santri'nya bukan?
Oke, masuk ke huruf yang kedua, yaitu 'A' yang disebutÂ
'Amar ma'ruf' atau senang mengajak kepada yang ma'ruf. Tentu saja, ma'ruf di sini adalah Islam, bukan yang lain. Ini nih The Santri yang sesungguhnya, gak takut dibully ditengah usahanya untuk beramar ma'ruf. Sebab, dengan Ilmu agama dan keimanan yang ada di dalam dirinya menjadi benteng bagi santri dalam menyebarkan Islam sebagai sebuah kebaikan.
Lanjut ya, masuk ke huruf 'N'. Apaan ayo? Betul banget, temannya amar ma'ruf, apalagi kalo bukan 'Nahyi munkar' alias mencegah kemunkaran. Kemunkaran bentuknya banyak tuh ya..., apalagi di jaman sekarang, di mana liberalisasi menyerang generasi bak tsunami. Memporakporandakan kelurusan pemikiran pemuda muslim baik yang akhwat maupun yang ikhwan. Santri haruslah terdepan mencegah segala bentuk kemunkaran, semacam sikap phobia terhadap agama dan ajaran Islamnya sendiri. Tuh kan? Keren ya Santri itu!
Oh ya, ada satu lagi. Adanya sikap protes Aliansi Santri Jember terhadap gelaran JFC yang dominan mengumbar aurat dan mengindahkan waktu sholat saat acara berlangsung, Rabu tanggal 7 Agustus 2019 kemarin. Itu juga merupakan bentuk 'nahyi munkar' lho...!?
Jadi, seharusnyalah aktivitas mulia ini terus melekat di kalangan santri.Â