Mohon tunggu...
Yulia Wilda
Yulia Wilda Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Usia saya 21 tahun, saya suka olahraga bulutangkis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kampus Mengajar: Mengenal Sekolah-sekolah di Desa

18 Juli 2022   17:47 Diperbarui: 18 Juli 2022   17:51 200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Kampus Mengajar adalah salah satu program bagian dari kebijakan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi yang memberikan kesempatan kepada mahasiswa selama 1 (satu) semester untuk membantu para guru dan kepala sekolah jenjang SD dan SMP dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran yang terdampak pandemi.

Selain itu, sasaran dari program ini adalah sekolah yang terakreditasi C terutama di daerah 3T yaitu tertinggal, terdepan, terluar. Melalui program ini, mahasiswa bisa membaktikan ilmu, keterampilan, serta menginspirasi para murid sekolah dasar dan menengah tersebut untuk memperluas cita-cita dan wawasan mereka.

Alasan saat ini mengapa saya mengikuti program yang dicanangkan oleh pemerintah bukan hanya karena ingin mendapatkan bantuan biaya bulanan atau konversi SKS matakuliah saja, akan tetapi ada masa depan dari anak-anak pelosok desa yang harus diperjuangkan, ada sekolahan yang perlu di kembangkan, ada guru yang perlu diberi sentuhan (teknologi).

Selain itu, saya juga tertarik untuk bisa terjun langsung dalam pelaksanaan kampus mengajar ini karena langsung bisa merasakan bagaimana suka dan dukanya siswa yang sekolah dipelosok desa.

Saya ditempatkan di SMP yang terletak di kabupaten Jepara di salah satu kecamatan Mlonggo yaitu SMP Islam Roudhatut Thlibin yang lokasinya jauh dari kota dan jauh dari keramaian. Untuk menuju ke sekolahan, saya menempuh perjalanan 45 km ke sekolah dengan waktu 45 menit dari rumah saya.

Ketika awal saya survey lokasi ada beberapa hal yang membuat saya termenung, salah satunya yaitu tentang motivasi belajar siswa di SMP tersebut sangat rendah akibatnya ketika pelajaran sedikit yang mendengarkan dan merespons.

Tapi semua itu tidak menciutkan tekad saya dalam mengajar, sesuai ilmu yang saya dapat diwaktu pembekalan kampus mengajar, yakni pembelajaran dengan menggunakan media digital yang saya aplikasikan ke siswa siswi SMP Islam Raudhatut Thalibin. alhamdulillah semangat belajar dari anak-anak cukup meningkat. 

Selain itu, minimnya sopan santun siswa yang dilatarbelakangi dari pola asuh orangtua dan pergaulan teman sebaya. Diawal saya mengajar banyak yang tidak menyukai adanya kami karena ikut andil dalam pembelajaran mereka.

Akan tetapi seiring waktu berjalan kita berdampingan dan bergembira ria sepanjang hari. Pendidikan karakter religius yang kami tanamkan ke siswa siswi tentang adab yang menjadi bekal mereka dikehidupan masyarakat nantinya.

Harapan saya mengikuti program kampus mengajar ini adalah saya harap bisa menambah wawasan, pengetahuan dan pengalaman didalam dunia pendidikan itu sendiri, meskipun saya bukan dari fakultas pendidikan tetapi itu tidak membuat tekat saya untuk berperan dalam meningkatkan kualitas mutu pendidikan ini menciut.

Pesan saya, menjadi seorang pendidik tidaklah mudah, guru harus memiliki tekad yang kuat karena pekerjaan ini tidak dinilai dari gaji yang didapatkan, namun dari kualitas pembelajaran yang diberikan. Keiklasan dan kesabaran dari para guru untuk berbagi ilmu pengetahuan, mendidik anak-anak yang bahkan tidak dikenal sebelumya, hingga membantu mereka mencapai apa yang mereka cita-citakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun