Mohon tunggu...
yuliatun anak pakis
yuliatun anak pakis Mohon Tunggu... -

yuli harus belajar

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Belajar dari Membakar Sampah

2 Juli 2014   14:22 Diperbarui: 18 Juni 2015   07:51 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, sampah merupakan material sisa baik dari hewan maupun manusia yang tidak terpakai lagi dan dilepaskan ke alam dalam bentuk padatan, cair ataupun gas. Masyarakat yang hidup dipinggiran jalan, dikolong jembatan, dan orang yang menegadahkan tangan bukan untuk berdoa melainkan untuk meminta-minta berharap untuk dikasihani, bahkan orang yang duduk dikursi pemerintahan yang tega memakan uang rakyat ini sering dikatakan sebagai sampah masyarakat.

Dilihat dari sifatnya, sampah terbagi menjadi dua yakni sampah organik atau dapat diurai (degradable) dan sampah anorganik atau tidak terurai (undegradable).

Dari pengertian diatas, sampah organic adalah sampah yang tidak dapat langsung dibakar karena mempunyai kadar air. Sedang sampah anorganik adalah sampah yang dapat langsung terbakar karena tidak dapat terurai dan tidak mempunyai kadar air sehingga mudah untuk terbakar.

Belajar dari kehidupan sehari-hari di Boarding School “Mbangun Desa”, sisa pembuangannya yang terbuang menumpuk dihalaman belakang, tercampur antara sampah organic dan anorganik, tak jarang cacing-cacing hidup didalamnya. Pemandangan yang tidak akan indah untuk dipandang mata. Dari pengalaman, ketika akan membakar sampah yang harus dilakukan terlebih dahulu adalah memilah sampah organik dan anorganik sehingga memudahkan untuk pembakarannya. Karena jika tidak, api tidak akan mampu membakar sampah yang memiliki kadar air. Meskipun begitu, sampah organik baik untuk bumi kita tercinta ini. Dia mampu terurai dengan alam ini dalam waktu yang tidak cukup lama dan menyuburkan tanaman yang ingin tumbuh besar.

Jika dianalogikan dalam kehidupan manusia, sifat dan kehidupan manusia ada yang buruk dan ada yang baik. Meskipun tidak semua yang terbaik akan baik untuk kehidupan kita dan tidak semua yang buruk akan buruk untuk kehidupan kita. Baik atau buruk tergantung bagaimana manusianya itu sendiri untuk memilih dan melakukan karena hidup adalah sebuah pilihan. Dalam proses memilih, manusia bagaikan sampah yang harus memilih apakah akan menjadi sampah yang mudah terbakar atau tidak.

Pada moment bulan penuh berkah ini, manusia berbondong-bondong melakukan kebaikan agar menjadi sampah yang mudah terbakar oleh api semangat namun tidak mampu beradaptasi dan sampah yang mampu terurai serta mampu beradaptasi dengan lingkungan sehingga memberikan manfaat bagi orang lain. Semua itu akan terlihat baik dimata manusia dan dimata Tuhan Yang Esa. Selamat memilih untuk kehidupannya masing-masing dan untuk orang lain, Semoga Bermanfa’at.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun