Mohon tunggu...
Yuliatin R
Yuliatin R Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Memasak

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Drama dan teater: Dua Dunia, Satu Seni

10 Oktober 2024   18:46 Diperbarui: 10 Oktober 2024   19:12 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Drama dan teater seringkali digunakan secara bergantian, tetapi,  keduanya memiliki perbedaan.
 
Drama adalah teks tertulis yang menggambarkan dialog dan aksi yang membentuk sebuah cerita.  Drama bisa berupa naskah untuk pertunjukan, novel, film, atau bahkan video game. Drama juga merupakan genre karya sastra yang dipentaskan.

Contoh dari teks drama
 
*"Senja di Bawah Pohon Beringin"*

Taman kota di sore hari. Sebuah pohon beringin besar berdiri di tengah taman, di bawahnya terdapat bangku kayu.
Sari duduk sendirian di bangku, sedang membaca buku.
 SARI: (Bergumam) "Seandainya aku bisa terbang, aku akan terbang ke tempat yang jauh, jauh sekali..."
(Riko datang menghampiri Sari dengan senyum ceria.)
 
RIKO: Hai, Sari. Lagi baca apa?
SARI: (Kaget, menutup buku) Eh, Riko. Nggak ngapa-ngapain kok. Cuma ngeliatin senja aja.
 
RIKO: (Duduk di samping Sari) Senja hari ini memang bagus ya. Warnanya jingga kemerahan, kayak lukisan.
 
SARI: (Terdiam)
 
RIKO: Kamu kenapa sih, Sari? Kok diem aja?
 
SARI: (Menghela napas) Aku lagi sedih, Riko.
 
RIKO: Sedih kenapa? Cerita dong sama aku.
 
SARI: (Meneteskan air mata) Aku putus sama pacar aku, Riko.
 
RIKO: (Terkejut)  Hah? Kenapa?
 
SARI: Dia nggak bisa nerima aku apa adanya. Dia bilang aku terlalu pendiam, nggak seru.
RIKO: (Merangkul bahu Sari)  Sari, kamu itu orangnya baik, pendiam memang, tapi kamu punya hati yang lembut.
 
SARI: (Menatap Riko)  Tapi dia nggak ngerti.
 
RIKO: (Menunjuk ke pohon beringin)  Lihat pohon beringin itu, Sari. Dia besar, kokoh, dan menjulang tinggi. Tapi dia nggak pernah mengeluh, dia selalu diam dan sabar.
 
SARI: (Menatap pohon beringin)  Iya, tapi dia tetap tegak berdiri, kokoh, dan meneduhkan.
 
RIKO:  Kamu juga harus seperti pohon beringin itu, Sari. Tetap tegak berdiri, kokoh, dan meneduhkan, meskipun pernah terluka.
 
SARI: (Menatap Riko dengan mata berkaca-kaca)  Kamu benar, Riko. Makasih ya, kamu selalu bisa ngebuat aku semangat.
(Riko tersenyum, kemudian merangkul bahu Sari.)
 
(Adegan berakhir)
 
Sedangkan teater adalah pertunjukan yang melibatkan aktor yang memerankan karakter dalam sebuah cerita. Teater merupakan bentuk seni yang hidup yang melibatkan elemen visual, suara, gerak, dan interaksi langsung dengan penonton. Teater juga di pertontonkan dan  dipertunjukkan di depan orang banyak.

Contoh teks teater
    *Lampu Merah*

Di dalam angkot, siang hari, suasana ramai.

Adegan 1

 
- Budi sedang menyetir angkot. Tuti masuk ke dalam angkot dan duduk di kursi belakang.
- Pak Jono masuk dan duduk di sebelah Tuti.
 
Budi: (Galak)  "Ke mana, Dek?  Cepetan,  jangan lama-lama!"

Adegan 2:
 
- Angkot terjebak macet.
- Pak Jono mulai gelisah.
 
Pak Jono: "Ini kenapa macet?  Lama banget!"
 
Budi: "Macet Pak,  lagi ada lampu merah.  Sabar ya, Pak, bentar lagi hijau."
 
Tuti: (Mencoba menenangkan) "Sabar Pak,  kan kita lagi di jalan.  Yang penting kita sampai tujuan dengan selamat."
 
Pak Jono: "Selamat?  Saya mau sampai tepat waktu!  Ini rapat penting!"
 
Adegan 3:
 
- Lampu merah masih merah.
- Pak Jono semakin gelisah.
- Budi mulai kesal.

Budi: "Sabar Pak,  jangan teriak-teriak!  Lagi macet,  kita gak bisa terbang!"
 
Pak Jono: (Marah) "Kamu ini!  Dasar sopir kampung!  Gak ngerti aturan!"
 
Tuti: (Mencari solusi) "Pak,  kalau lewat jalan lain?  Mungkin lebih cepat."
 
Budi: (Membentak) "Gak usah sok tahu!  Saya tahu jalan!"
 
Adegan 4:
 
- Tuti mencoba menenangkan situasi.
- Budi dan Pak Jono masih bertengkar.
 
Tuti: (Menangis) "Tolong Pak,  jangan bertengkar!  Saya takut!"
 
- Pak Jono dan Budi terdiam sejenak.
- Lampu merah berubah menjadi hijau.

Budi: (Menyesal) "Maaf ya, Dek,  aku kepancing emosi.  Kita jalan ya."
 
Pak Jono: (Menyesal) "Maaf juga,  aku terlalu buru-buru.  Kita semua harus sabar."
 
Tuti: (Mencoba tersenyum) "Gak apa-apa Pak,  yang penting kita semua selamat."
 
Adegan 5:
 
- Angkot melaju lagi.
- Budi, Tuti, dan Pak Jono duduk dalam diam.
- Tuti melihat lampu merah yang baru saja mereka lewati.
 
Tuti: (Merenung) "Lampu merah itu kayak kehidupan ya, Pak?  Kadang kita harus berhenti,  menunggu waktu yang tepat untuk maju."

Budi: (Menanggapi) "Iya, Dek.  Kadang kita harus sabar,  menunggu kesempatan yang tepat."
 
Pak Jono: (Mengerti) "Benar juga.  Terima kasih, Dek.  Kamu mengajarkan saya pelajaran penting hari ini."
 
Tuti: (Senyum) "Sama-sama Pak."
 
- Angkot terus melaju, meninggalkan lampu merah di belakang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun