Pembentukan karakter seorang anak tidak saja menjadi tanggung jawab orang tua, tetapi juga menjadi tanggung jawab semua pihak, termasuk lembaga pendidikan. Oleh karena itu, sebuah lembaga pendidikan khususnya madrasah haruslah memiliki strategi yang baik guna membentuk karakter siswa. Di mulai dari kepala madrasah yang mampu menjadi teladan bagi seluruh warga madrasah baik, guru, staf karyawan dan juga siswa siswinya.Â
Kemudian guru yang menjadi teladan bagi siswa-siswinya. Pendapat diatas didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan Jito Subianto menyampaikan bahwa membentuk karakter siswa yang berkualitas diperlukan pengaruh yang kuat dari keluarga, sekolah dan masyarakat. Keluarga dapat membentuk karakter anak dengan melakukan pembiasaan dan keteladanan dalam kehidupan sehari-hari. Seperti membiasakan bangun pagi,disiplin waktu, memakai pakaian yang bersih dan lain-lain.Â
Madrasah juga dapat melakukan hal yang sama melalui pembiasaan dan keteladanan yang dilakukan oleh guru dan siswa, misalnya dengan membudayakan budaya salam, sapa dan senyum, menyapa dengan sopan tamu yang datang ke madrasah, membimbing dan membiasakan siswa shalat Dhuha, Tahfidz dan shalat dhuhur berjamaah.Â
Sedangkan di masyarakat dapat membentuk karakter siswa dengan membiasakan gotong royong, membiasakan membuang sampah pada tempatnya, menegur siswa yang berbuat salah dan lain-lain.Â
Dalam Lembaga pendidikan dan guru dewasa ini dihadapkan pada tuntutan yang semakin berat, terutama untuk mempersiapkan anak didik agar mampu menghadapi dinamika perubahan yang berkembang dengan pesat. Perubahan yang terjadi tidak saja berkaitan dengan perubahan ilmu pengetahuan dan teknologi saja, melainkan juga menyentuh tentang pergeseran aspek nilai dan moral dalam kehidupan siswa.Â
Guru merupakan seorang pendidik profesional dengan berbagai macam tugas mulai dari mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, dan menilai, serta mengevaluasi siswa mulai dari pendidikan anak usia dini melalui pendidikan formal, pendidikan dasar sampai pendidikan menengah.Â
Sebagaimana yang sudah dijelaskan dalam pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen, di dalam undang- undang tersebut dijelaskan bahwa dosen dan guru berperan guna meningkatkan martabat, dan juga sebagai agen pembelajaran untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional di Indonesia.
Dalam Bahasa Jawa, guru merupakan singkatan dari digugu lan ditiru. Guru sebagai orang yang digugu dan ditiru memiliki maksud bahwa seorang guru adalah orang yang dapat dipercaya dan dapat dijadikan teladan setiap sikap dan tindak tanduknya. Guru pasti sudah mengetahui bahwa seorang guru tidak hanya bertanggung jawab untuk mengajar mata pelajaran saja, lebih dari itu guru harus mendidik moral, etika, integritas, dan karakter siswa. Keteladan seorang guru di madrasah terhadap perkembangan karakter siswa memberikan dampak yang nyata terhadap kepribadian anak di masa yang akan datang.Â
Pembangunan karakter merupakan komitmen kolektif masayarakat Indonesia menghadapi tuntunan Global dewasa ini. Karakter atau kepribadian seorang guru tidak hanya menentukan kewibawaannya di depan siswa, melainkan juga di depan masyarakat. Karakteristik kepribadian guru yang baik sangat penting bagi guru supaya dapat mengontrol dan mengendalikan tingkah laku siswa-siswinya melalui pola pembiasaan. Pemberian keteladanan yang dilakukan oleh pendidik, pada hakikatnya mengacu kepada kompetensi kepribadian yang harus dimiliki oleh guru selain kompetensi sosial, paedagogik dan professional.Â
Adapun kompetensi kepribadian adalah  kepribadian yang mantap, berakhlak mulia, arif, bijaksana, wibawa, jujur, stabil, menjadi teladan bagi siswa, objektif mengevaluasi kinerja sendiri dan mau serta siap mengembangkan kinerja diri secara mandiri dan berkelanjutan. Salah satu ciri guru yang baik adalah mampu menjadi suri tauladan yang baik bagi siswa-siswinya. Ki Hajar Dewantara mengajarkan ing ngarso sung tuladha yang artinya seorang guru memberikan contoh yang baik.Â
Disadari atau tidak seorang guru adalah pusat perhatian siswa. Setiap perkataan, tindakan dan perilaku guru akan mendapat penilaian dari siswa.Â
Oleh karena itu, Guru harus pandai dalam menjaga sikap dan perilaku dimanapun dan kapanpun supaya dapat memberikan contoh yang terbaik. contoh keteladanan guru antara lain: 1) Dengan datang tepat waktu (Disiplin), 2) Membuang sampah pada tempatnya, 3) Ramah tamah, 4) Sopan santun, 5) Sabar, 6) Bertutur kata lemah lembut, 7) Berpakaian rapi, 8) Menyambut para siswa yang baru saja tiba ke madrasah dengan 3S (Sapa, Senyum dan Salam).Â
Siswa yang menjadikan guru sebagai suri tauladan akan membentuk kepribadiannya menjadi atau minimal mendekati sang guru. Keefektifan guru sebagai suri tauladan sebenarnya sudah teruji sepanjang zaman.Â
Sering kita temukan dalam kehidupan nyata seorang anak lebih memercayai omongan  gurunya dari pada orang tuanya, terutama anak-anak yang baru mengenal dunia pendidikan di luar rumah.
 Sebagian besar anak sangat senang terhadap gurunya dan mau mendengarkan serta mematuhi pesan-pesan dan nasehat yang diberikan gurunya. "Kata Bu Guru bukan begitu buuuu, tapi begini Buuuuu?", begitulah celoteh si kecil yang tak jarang kita dengar jika melakukan komplain terhadap orang tuanya, ketika ia menemukan berbagai perbedaan antara orang tua dengan gurunya.Â
Oleh karena itu, kerjasama yang baik antara orang tua dan guru juga masyarakat akan sangat dibutuhkan untuk dapat menyukseskan pendidikan karakter ini. Keteladanan guru di madrasah adalah cara yang paling efektif untuk menumbuhkan kembangkan sikap perilaku yang baik pada siswa.Â
Guru dapat menjadi suri tauladan dalam pembelajaran pendidikan karakter, baik pendidikan karakter kebangsaan (nasionalisme) atau pendidikan karakter keagamaan (akhlak). Keteladanan dapat diwujudkan dalam proses pembelajaran di madrasah, salah satu diantaranya saat berbaris di depan kelas sebelum masuk.Â
Guru bisa memberi Keteladanan dengan sudah siap berdiri di depan barisan siswa, dan menyambut kedatangan siswa dengan menjabat tangan siswa sebelum masuk kelas. Hal ini dilakukan untuk memotivasi siswa dan menjalin hubungan batin dengan  mereka. pembacaan doa dan tahfidz sebelum pembelajaran dimulai, dipandu oleh guru, Keteladan guru bisa dilakukan dengan sudah siap di depan kelas saat siswa akan mulai berdoa dan guru ikut berdoa bersama siswa.Â
Mengarahkan siswa yang tidak tertib saat berdoa akan menambah kekhusukan saat berdoa. Keteladanan ini yang bisa membentuk karater religius siswa semakin baik. Perilaku buruk yang harus dihindari saat pembacaan doa dimulai, contohnya guru tidak ikut serta, malah melakukan kegiatan lain.Â
Hal ini bisa berpengaruh buruk terhadap kepercayaan siswa terhadap guru. Pentingnya keteladanan yang dilakukan guru sangat besar pengaruhnya terhadap hasil yang kita harapkan. contohnya lainnya adalah sikap saling menghargai, saling menyanyangi, gotong royong, bakti sosial, salat berjamaah. Contoh kegiatan tersebut wajib diikuti oleh seluruh siswa, termasuk guru, sehingga dalam hal ini peran guru sebagai suri tauladan bagi siswanya dapat terlaksana dengan baik.Â
Ajakan guru kepada siswanya untuk selalu antri dalam mendapatkan sesuatu saat bersama dengan teman-temannya, akan mendidik siswa untuk bersabar,mempunyai sifat jujur dan mendorong siswa agar bisa saling menghargai.Â
Guru pun harus berlaku adil saat siswa melakukan antri. Kegiatan antri yang dilakukan di madrasah yaitu saat siswa berwudhu, karena tempat yang dimiliki madrasah sangat terbatas tidak sesuai dengan jumlah siswa. Kegiatan antri saat siswa berwudhu memerlukan pendampingan.Â
Karena dengan bimbingan dan adanya guru saat siswa antri, akan menjadikan mereka merasa aman dan berjalan dengan tertib. Juga menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Kegiatan antri berwudhu yang berjalan lancar, akan menunjang kegiatan sholat berjamaah berjalan khusuk.Â
Oleh karena itu, keteladanan seorang guru dalam pendidikan sangat penting dan sangat besar pengaruhnya terhadap proses pendidikan, khususnya dalam membentuk aspek moral, spiritual, dan etos sosial siswa.Â
Keteladanan merupakan metode pendidikan yang terbaik dan yang paling membekas. Seorang guru yang mampu memberi suri tauladan bagi pembentukan karakter dan pengembangan sikap perilaku siswa ke arah yang positif menjadikan profesi guru sebagai suri tauladan yang sangat dibutuhkan dunia pendidikan.Â
Tugas dan tanggungjawab guru bukan sekadar mentransfer ilmu pengetahuan kepada anak didik, tetapi lebih dari itu, yakni seorang guru juga berkewajiban membentuk watak dan jiwa siswa yang sebenarnya. Hal ini akan jauh berbeda jika profesi guru hanya terpaksa, sehingga dapat dipastikan guru seperti ini  tidak dapat dijadikan suri tauladan dalam pembentukan karakter bagi siswanya.Â
Untuk membentuk siswa yang memiliki karakter yang baik, sebagai guru dan pendidik perlu memberikan teladan dan contoh yang baik. mungkin kita pernah mendengar peribahasa "Guru kencing berdiri,siswa kencing berlari?".Â
Peribahasa di atas tentu sudah familiar di telinga kita. Makna dari Peribahasa diatas adalah bahwasannya guru adalah manusia teladan yang segala tindak tanduknya selalu dicontoh oleh muridnya, artinya adalah betapa penting dan besarnya pengaruh guru bagi pembentukan karakter siswaÂ
Karena itu Guru haruslah menjadi teladan, seorang suri tauladan sekaligus mentor dari anak di dalam mewujudkan perilaku yang berkarakter yang meliputi olah pikir, olah hati dan olah rasa. Keteladanan pendidik yang harus ditanamkan kepada siswa adalah sikap jujur, etika, dan moral dan keikhlasan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H