Ovimbundu merupakan suku yang mendiami dataran tinggi Benguela di wilayah barat tengah Angola Afrika. Tinggal di dataran tinggi menyebabkan penduduk ovimbundu berorientasi kepada pertanian dan gembala ternak sebagai mata pencaharian utama hidupnya (McCulloch, 1952).Â
Tanaman yang sering dikembangkan dalam pertanian mereka antaranya adalah jagung yang juga menjadi makanan pokok. Masa penanaman jagung dimulai pada masa awal musim penghujan sekitar bulan September, teknik penanaman masih menggunakan tangan. Disela sela menunggu tumbuhnya jagung mereka juga akan menanam kacang kacangan.Â
Dalam urusan binatang ternak beberapa jenis hewan yang banyak dipelihara yaitu sapi, kerbau, babi dan juga ayam. Selain diambil daging dan susunya, hewan seperti kerbau juga dimanfaatkan sebagai sarana transportasi untuk menarik kereta. Hewan ternak merupakan harta yang berharga bagi masyarakat Ovimbundu.Â
Ternak dapat digunakan sebagai sarana untuk melunasi hutang selain itu dalam pesta pesta ovimbundu juga banyak disediakan daging kerbau (McCulloch, 1952). Dalam hal lain, pertukaran ternak juga berfungsi sebagai mahar dalam upacara pernikahan.
Mereka dipimpin oleh beberapa kerajaan antaranya Ndulu yang dikenal sebagai kerajaan pertama dari ovimbundu. Kemudian dilanjutkan oleh kerajaan Bailundu hingga di abad 18 haru menyerah terhadap Portugis setelah serangkaian perlawanan dari pemimpin adat Ovimbundu.Â
Selain bertani dan menggembala ternak, masyarakat ovimbundu juga dikenal sebagai bangsa yang pandai berdagang. Hal ini ditengarai oleh peristiwa di ilegalkannya perdagangan budak, membuat masyarakat ovimbundu mencari komoditas lain untuk diperjual belikan.Â
Dengan karavan karavan dagang, masyarakat ovuimbundu menjelajahi sungai kongo untuk menawarkan barang berharga mereka yaitu gading gajah dan juga lilin yang terbuat dari sarang lebah (McCulloch, 1952). Kemudian mereka juga menjajakan karet dalam barang bawaan mereka. Mereka juga membangun kota kota pusat perdagangan sebagai tempat transit yaitu Bailundu dan Viye.Â
Sistem perdagangan karavan Ovimbundu sangatlah terorganisir. Sebelum berangkatnya karavan dagang, terlebih dahulu akan dilakukan ritual yang dipimpin oleh kepala desa.Â
Dalam ritual ini tengkorak kepala desa terdahulu akan diletakkan dalam sebuah kotak yang dihiasi oleh kulit kerbau yang kemudian diberikan percikan darah hewan yang dikorbankan. Kemudian kepala desa akan berdoa untuk mengharapkan perjalanan yang aman. Dalam karavan dagang selalu disertai dengan satu orang tabib dan satu orang suci yang bertujuan untuk memberkahi perjalanan (Edwards, 1962).Â
Selain itu para pemimpin suku juga mulai membuat perjanjian perdagangan dengan kelompok lain guna membentuk jalan perdagangan yang sempurna. Namun kejayaan dari perdagangan ovimbundui ini perlahan musnah ketika tahuan 1904 dibangunlah sebuah jalan kereta api yang memudahkan berpindahnya komoditas dari satu tempat ke tempat lain.
Bahasa yang digunakan masyarakat Ovimbundu merupakan bagian dari keluarga bahasa Ambo-Herero yang banyak dituturkan di wilayah selatan Bantu. Persebaran bahasa Ovimbundu ini juga ditengarai sebagai akibat majunya perdagangan karavan di wilayah Vyre. Hal tersebut menyebabkan dewasa ini bahasa Ovimbundu juga digunakan oleh etnik lokal sekitar seperti Nganda dan Hanya.Â