[caption caption="museum SMB II"][/caption]Wisata seru , siapa bilang kalau berkunjung ke museum membosankan?
Sudah pernah mengunjungi musem Sultan Mahmud Badaruddin II? Kalau belum bisa dicoba wisata sejarah kesini, kita bisa merasakan betapa menyenangkannya wisata sejarah, museum Sultan Mahmud Badaruddin II atau biasa disebut SMB II ini terletak di seberang Sungai Musi ini memiliki bentuk asli bangunan tidak berubah dari masa awal pendiriannya.
Jembatan Ampera yang menjadi salahsatu daya tarik kota palembang berdiri hampir bisa dikatakan dekat dengan museum ini, sehabis dari berwisata sejarah di mesuem ini kita bisa langsung melihat indahnya pesona jembatan Ampera.
Museum Sultan Mahmud Badaruddin II
Wisata Sejarah Museum Sultan Mahmud Badaruddin II. Museum ini memiliki peninggalan sejarah mengenai Palembang. Terletak di tepi sungai Musi, museum ini memamerkan berbagai koleksi dari mulai arkeologi, etnografi, biologi, seni dan terutama informasi tentang pengumpulan mata uang (numismatics) sampai studi atau koleksi mata uang.
Di museum ini, Anda bisa menemukan berbagai peninggalan sejarah dari mulai koleksi foto prasasti Kedukan Bukit, patung-patung Buddha kuno dan Amarawati Ganesha, serta berbagai sisa-sisa sejarah lainya termasuk yang berasal dari era Sriwijaya.
Sultan Mahmud Badaruddin II adalah penguasa Palembang sejak 1803 sampai 1821. Museum ini pernah menjadi istana Kesultanan Palembang Darussalam. Awalnya disebut sebagai Keraton Kuto Kecik atau Keraton Kuto Lamo, bangunan ini bersama dengan Masjid Agung Palembang dibangun pada masa Sultan Mahmud Badaruddin Jayo Wikramo atau SMB I. Berbeda dengan bangunan lain dari era yang sama yang menggunakan kayu, istana ini dibangun dengan batu bata. Dengan kedatangan Belanda pada abad ke-17, istana diduduki oleh tentara kolonial. Selama perang Palembang pada 1819, Belanda mendaratkan 200 pasukannya yang ditempatkan di Keraton Kuto Lamo. Setelah Sultan Mahmud Badadruddin II ditangkap dan diasingkan, Belanda menjarah dan menghancurkan bangunan-bangunan di Palembang, termasuk Keraton Kuto Lamo. Pada tahun 1823, Belanda mulai merekonstruksi reruntuhan bangunan. Reruntuhan Keraton Kuto Lama, dibangun kembali menjadi tempat tinggal komisaris Kerajaan Belanda di Palembang, Yohan Isaac van Sevenhoven. Pada 1842 bangunan itu selesai dan secara lokal dikenal dengan rumah siput.
Sejarah memegang peranan penting akan keberadaan bangunan ini ketika Jepang tiba di tahun 1940-an. Dengan Perang Dunia ke-2 yang berkecamuk di Pasifik, bangunan bersejarah ini dimanfaatkan jepang sebagai basis militer mereka. Setelah Indonesia memproklamasikan Kemerdekaan tahun 1945, bangunan ini menjadi pangkalan militer resimen IV Indonesia: Sriwijaya.
Museum Sultan Mahmud Badaruddin II merupakan tempat yang sempurna untuk menjelajahi sejarah Palembang. Dari era Sriwijaya, Kesultanan Palembang Darussalam, era kolonial Belanda dan pendudukan Jepang hingga masa awal kemerdekaan Indonesia semua disajikan dalam 368 koleksinya. Arsitektur bangunannya sendiri termasuk unik karena merupakan kombinasi dari masa kolonial Belanda dan gaya asli istana Palembang.
[caption caption="SMB II"]
Setelah menyusuri sejarah dan peninggalan Sriwijaya salah satu pilihan untuk menghabiskan waktu di sekitaran ampera, kita bisa berwisata kuliner menikmati berbagai macam cita rasa makanan palembang, atau hanya ingin duduk bersantai di tempat-tempat dalam gedung dermaga point, atau ingin berbelanja ke pasar 16, dan hanyak mengajak anak bermain disekitaran tepi sungai musi.