Mohon tunggu...
Yulia Rahma Yora
Yulia Rahma Yora Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa S1 Psikologi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kecerdasan Emosional pada Anak

14 Juni 2023   12:06 Diperbarui: 14 Juni 2023   12:13 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Proses belajar di sekolah merupakan sebuah proses yang sifatnya kompleks dan menyeluruh. Beberapa orang berpendapat bahwa untuk meraih prestasi yang tinggi dalam belajar, maka seseorang harus mempunyai Intelligence Quotient (IQ) yang begitu tinggi, karena inteligensi adalah sebuah bekal potensi yang bisa memudahkan dalam belajar yang  pada gilirannya akan mendapatkan prestasi belajar yang optimal. Maksud inteligensi merupakan kemampuan untuk menetapkan serta mempertahankan suatu tujuan, untuk mengadakan penyesuaian dalam hal mencapai tujuan tersebut, dan untuk menilai keadaan diri secara kritis dan objektif. Namun kenyataannya,dalam  proses belajar mengajar di sekolah sering ditemukan siswa yang tidak bisa meraih prestasi belajar yang setara dengan kemampuan inteligensinya. Namun, ada siswa  mempunyai kemampuan inteligensi tinggi tapi mempunyai prestasi belajar yang relatif rendah, namun ada siswa yang memiliki kemampuan inteligensi rendah, bisa mendapatkan prestasi belajar yang relatif tinggi. Itu sebabnya taraf inteligensi bukan satu-satunya faktor yang menentukan kebehasilan seseorang, karena ada faktor lain yang mempengaruhinya (Suciati, 2016).

Istilah emotional Intelligence atau diterjemahkan dengan kecerdasan emosi menjadi sangat terkenal diseluruh dunia sejak seorang psikolog New York bernama Daniel  Goleman menerbitkan bukunya dengan judul kecerdasan emosi di tahun 1995. Kecerdasan emosi bukanlah sesuatu yang baru di bidang psikologi.Istilah ini sengaja dikemas oleh Goleman agar bisa dipahami dengan mudah oleh orang-orang di luar disiplin ilmu psikologi. Goleman mengatakan dari hasil banyak penelitian mengatakan bahwa kecerdasan umum semata-mata hanya bisa memprediksi kesuksesan hidup seseorang sebanyak 200% saja, sedangkan 800% yang lainnya merupakan Emotional Intelligence. Jika  tidak ditunjang dengan pengelolahan emosi yang sehat kecerdasan saja tidak akan menghasilkan seseorang yang sukses hidupnya di masa yang akan datang.

Kecerdasan emosional pertama kali dilontarkan pada tahun 1990 oleh psikolog Peter Salovey dari Harvard University dan John Mayer dari University of New Hampshire. Salovey dan Mayer mengartikan kecerdasan emosional atau disebut EQ sebagai:"Himpunan bagian dari kecerdasan sosial yang melibatkan kemampuan memantau perasaan sosial yang melibatkan kemampuan pada orang lain,memilah-milah semuanya serta menggunakan informasi ini untuk membimbing pikiran serta  tindakan. 

Kecerdasan emosional sangat dipengaruhi oleh lingkungan, tidak bersifat menetap, bisa  berubah-ubah setiap saat. Untuk itu peran lingkungan terutama orang tua pada masa kanak-kanak sangat memberikan pengaruh dalam pembentukan kecerdasan emosional. Keterampilan EQ bukanlah lawan keterampilan IQ atau keterampilan kognitif, akan tetapi keduanya berinteraksi secara dinamis, baik pada tingkatan konseptual maupun di dunia nyata. Selain itu, EQ tidak begitu dipengaruhi oleh faktor keturunan (Manizar, 2016).

Sifat kecerdasan emosional disebut sebagai salah satu dimensi kepribadian  berkorelasi (relatif) tinggi dengan test kepribadian lainnya. Oleh karena itu, Kecerdasan Emosi adalah sebuah indikator non intelektual, yang bersifat psikologis. Jika  seseorang dengan kecerdasan emosi rendah bisa diindikasikan sebagai seseorang dengan sifat suka menyendiri, berperilaku abnormal, sulit bekerja sama, mempunyai perasaan rendah diri, sangat rapuh serta tidak mampu menghadapi rintangan, sering menunjukkan ketidaksabaran, serta egois.

Goleman membagi 5 wilayah kecerdasan emosi pada perkembangan anak diantaranya yaitu:K

1. Kemampuan mengenali emosi Diri: anak mengenal perasaannya sendiri saat emosi itu datang. Seseorang yang bisa mengenali (Self aware) emosinya akan mempunyai kepekaan yang tajam atas perasaan yang timbul seperti senang, bahagia, sedih, marah, benci, dan lainnya. Seseorang yang mempunyai kesadaran diri tinggi menjadi percaya diri karena percaya terhadap intuisinya serta tidak membiarkan emosi mengendalikan dirinya. Mereka lebih jujur terhadap dirinya sendiri, mereka tahu bahwa kekuatan serta kelemahan dirinya bisa ditunjukkan dengan lebih baik. Beberapa orang percaya bahwa kesadaran diri menjadi bagian yang sangat penting dalam kecerdasan emosi.

2. Kemampuan mengelola emosi: anak bisa mengendalikan perasaannya sehingga emosinya tidak meledak-ledak yang akibatnya mepengaruhi perilakunya secara salah. Meski sedang marah, orang yang bisa mengelola emosinya bisa mengendalikan kemarahannya dengan baik, tidak teriak-teriak atau berbicara kasar. Dikenal sebagai pengatur diri; karena bisa mengontrol emosi dan dorongan hati. Seorang dengan tipe yang bisa mengontrol diri, tidak akan membiarkan dirinya menjadi sangat marah atau cemburu serta tidak menurutkan kata hati, berhati-hati dalam mengambil keputusan, berpikir sebelum bertindak. Ciri orang dengan tipe mengatur diri yaitu pemikir, perhatian, nyaman dengan perubahan, memiliki integritas serta kemampuan untuk berkata tidak ataupun menolak.

3. Kemampuan memotivasi diri: anak bisa memberikan semangat pada diri sendiri untuk melakukan sesuatu yang baik serta bermanfaat. Ia mempunyai harapan serta optimisme yang tinggi sehingga mempunyai semangat untuk melakukan suatu aktivitas. Seseorang dengan tingkat kecerdasan emosi tinggi biasanya termotivasi untuk mencapai keberhasilan dalam jangka panjang, sangat produktif, menyukai tantangan, serta sangat efektif dalam melaksanakan sesuatu.

4. Kemampuan mengenali emosi orang lain: anak bisa mengerti perasaan serta kebutuhan orang lain, sehingga orang lain merasa senang serta dimengerti perasaannya. Kemampuan ini juga disebut sebagai kemampuan berempati. Orang yang mempunyai empati cenderung disukai orang lain. Hal yang penting dari kecerdasan emosi, yaitu empathy adalah kemampuan untuk mengidentifikasi serta mengerti yang diinginkan, dibutuhkan serta pandangan yang diinginkan dan dibutuhkan sekelilingnya. Seseorang yang mempunyai empati, adalah baik dalam mengenal perasaan orang lain, meskipun perasaannya tidak jelas. Akibatnya, seseorang yang mempunyai empati ialah orang yang sangat baik dalam mengelola relasi, mendengarkan serta berhubungan dengan orang lain. Mereka menghindari meniru dan menghakimi dengan cepat, serta mereka hidup dengan cara terbuka, dan jujur.

5. Kemampuan membina hubungan: anak sanggup mengelola emosi orang lain sehingga tercipta keterampilan sosial yang tinggi serta menjadikan pergaulannya sangat luas. Anak-anak yang mempunyai kemampuan ini cenderung punya banyak teman, pandai bergaul serta populer. Keterampilan sosial, biasanya mudah untuk dibicarakan dan sebagaimana seseorang yang mempunyai keterampilan sosial dengan baik, sebagai ciri kecerdasan emosi yang tinggi. Tidak hanya sukses dalam menolong orang lain tetapi juga mereka bisa mengelola hubungan, sebagai komunikator yang cerdas serta ahli dalam membangun dan mempertahankan suatu hubungan (Kurniasari, 2016).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun