Jayapura,Dalam upaya mewujudkan peningkatan kualitas pendidikan bagi generasi Papua, Pemerintah Provinsi Papua, bersama Wahana Visi Indonesia melalui program USAID Kolaborasi, resmi meluncurkan Peta Jalan Pembudayaan Literasi Dasar Provinsi Papua Tahun 2025-2029.Â
Peluncuran ini berlangsung  selasa 24 september 2024  diHotel Aston Kota  Jayapura Papua dan bertujuan untuk mewujudkan target RPJMN(Rencana Pembangunan jangka menengah Daerah) 2025-2029, khususnya dalam Pengembangan Budaya Literasi, yang menargetkan Indeks Pembangunan Kebudayaan dari 55,13 (di tahun 2022) menjadi 59,23 (di tahun 2029).
Asisten III Bidang Administrasi Umum Setda Provinsi Papua, Y. Derek Hegemur, menegaskan, "Peta Jalan Pembudayaan Literasi Dasar ini adalah langkah nyata dalam menghadapi tantangan literasi. Kami berkomitmen untuk meningkatkan kapasitas guru dan mengembangkan materi pembelajaran yang relevan dengan konteks lokal, serta memprioritaskan penggunaan bahasa ibu dalam pendidikan."
Peta jalan ini akan menjadi rujukan semua sektor yang terlibat dan berkontribusi pada penguatan program Perangkat Daerah (PD) agar mampu menyusun program dan kegiatan penguatan literasi dasar. Peta Jalan ini akan menjadi daya ungkit pencapaian Rencana Induk Percepatan Pembangunan Papua (RIPPP) tahun 2022-204 bidang Papua Cerdas, serta Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah tahun 2025-2045 di Provinsi Papua.
Mengatasi Tantangan Literasi
Pembudayaan literasi di Papua bukan hanya penting, tetapi juga mendesak. Saat ini, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Papua adalah yang terendah di antara 34 provinsi. Pada 2023, IPM Papua mencapai 63,01, sedikit meningkat dari 62,1 pada 2022, tetapi masih jauh di bawah rata-rata nasional yang mencapai 74,39.
Dimensi Pengetahuan dalam IPM mencerminkan Rata-rata Lama Sekolah (RLS) yang hanya 7,15 tahun di Papua, jauh di bawah RLS nasional 8,77 tahun. Harapan Lama Sekolah (HLS) Papua juga masih rendah, yaitu 11,15 tahun, dibandingkan dengan HLS nasional sebesar 13,15 tahun. Selain itu, Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat di Papua hanya 47,57, menempatkan provinsi ini di posisi empat terbawah di Indonesia.
Dalam peta jalan ini, beberapa strategi utama dirancang untuk mengatasi tantangan literasi, termasuk penguatan kapasitas guru dan fasilitator literasi melalui pelatihan berkelanjutan, pengembangan materi-materi literasi yang kontekstual, serta pendekatan berbasis komunitas yang mengutamakan bahasa ibu sebagai media pembelajaran awal. "Kami percaya bahwa pendidikan yang relevan dengan konteks budaya lokal Papua akan lebih efektif dan memiliki dampak jangka panjang yang positif," tambah Derek.
Komitmen Bersama
Abdul Halim Muharom, Widya Prada Utama Direktorat SD Kemendikbudristek RI, menyempaikan, pihaknya memiliki peran krusial dalam memastikan literasi dilaksanakan secara berkesinambungan dan terintegrasi dengan berbagai program pemerintah dan lembaga lain, sehingga menjadikannya sebagai prioritas yang tidak tergantung pada pergantian pemerintahan. Gerakan literasi ini harus melibatkan semua pemangku kepentingan, memberikan kesempatan bagi individu dan kelembagaan untuk berkontribusi, serta menciptakan budaya literasi yang menyenangkan dan mudah diterapkan di keluarga, sekolah, dan masyarakat."
"Kami mendukung penuh inisiatif ini. Literasi adalah fondasi penting untuk membangun generasi yang cerdas dan berdaya saing. Kami yakin dengan dukungan yang tepat, Papua dapat mengatasi tantangan ini," tandas Abdul
Sementara itu, Yacobus Runtuwene, Technical Sectors Director Wahana Visi Indonesia, juga menegaskan komitmennya untuk mendukung pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya dalam mencapai tujuan literasi. "Kami berharap kehadiran WVI sebagai mitra pembangunan, khususnya melalui program USAID Kolaborasi dapat meningkatkan kapasitas pemerintah daerah dalam tata kelola pendidikan," ujarnya.